0
Home  ›  Pembelajaran Mendalam

Taksonomi SOLO: Implementasi dan Asesmen dalam Pembelajaran Mendalam Eps.22

Dari Teori ke Praktik: Bagaimana SOLO Membuat Pembelajaran Bertahap dan Mendalam

Setelah memahami konsep dasar taksonomi SOLO di episode 21, kini saatnya masuk ke implementasi praktis! Episode 22 ini, Prof. Yuli Rahmawati, PhD, Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Australia, bersama Prof. Suyanto, PhD, membedah bagaimana taksonomi SOLO diterapkan dalam pembelajaran dan asesmen dengan contoh konkret yang mudah dipahami.

"Kita sudah terlalu lama bergandeng tangan dengan Bloom. Saatnya memahami bagaimana SOLO lebih mudah untuk implementasi pembelajaran bertahap." - Prof. Suyanto

Mengapa SOLO Lebih Mudah Dipahami Guru?

🎯 Perbandingan: SOLO vs Bloom

Tantangan dengan Bloom:

"Di Bloom itu 'oh menganalisis pakai kata kerja yang mana?' dan itu cukup membingungkan. Satu kata kerja 'identifikasi' ada di C2, ada juga di C4." - Prof. Yuli Rahmawati

Keunggulan SOLO:

  • Tahapan lebih jelas - Fokus pada struktur pemahaman
  • Tidak terjebak kata kerja - Fokus pada kompleksitas konsep
  • Bertahap sistematis - Dari 1 konsep → Beberapa konsep → Keterkaitan → Generalisasi
  • Mudah untuk assessment - Guru langsung tahu siswa ada di level mana

Konstruksi SOLO untuk PM: Karya Prof. Yuli

📐 Prinsip Dasar Konstruksi

Prof. Yuli mengembangkan konstruksi sendiri dari teori SOLO yang disesuaikan dengan konteks Pembelajaran Mendalam Indonesia:

Fondasi PM:

  • Meaningful (Bermakna)
  • Mindful (Berkesadaran)
  • Joyful (Menggembirakan)

"Kekuatan ada di prinsip pembelajaran kita. Kalau taksonomi SOLO sendiri dia memahami konsep sendiri. Tapi karena kita PM, kita konstruk berdasarkan meaningful, mindful, dan joyful." - Prof. Yuli

Perbedaan Mendasar:

  • SOLO murni: Fokus pada pemahaman konsep
  • SOLO + PM: Konsep + Keterkaitan kehidupan + Isu kontekstual

Implementasi SOLO dalam Pembelajaran: Studi Kasus Siklus Air

🌧️ Contoh Praktis: Mengajar Siklus Air (SD)

Prof. Yuli memberikan contoh konkret bagaimana mengajar siklus air untuk siswa SD dengan pendekatan SOLO + PM.

Level 1: PRESTRUCTURAL - Tahap Kebingungan

Kondisi Siswa:

  • Punya pengetahuan awal tentang air dan hujan
  • Tapi belum paham konsep siklus secara utuh
  • Belum tahu terminologi seperti evaporasi, kondensasi, presipitasi

Strategi Pembelajaran:

  • Guru tunjukkan gambar hujan dan diagram sederhana
  • Siswa melihat, tapi masih bingung dengan terminologi

"Tidak mungkin mereka tidak tahu air. 'Oh ada hujan, ada air yang jatuh.' Tapi mereka belum tahu bahwa hujan terbentuk melalui berbagai proses dengan terminologi yang sulit." - Prof. Yuli

Contoh Kebingungan:

  • Anak punya ide tentang "uap"
  • Tapi "uap tuh seperti apa? Apakah gelembung? Asap-asap?"
  • Mereka punya ide tapi tidak tahu konsep sebenarnya

Keterkaitan dengan PM: Siswa sedang dalam proses ingin masuk tahap memahami, tapi masih belum punya pemahaman yang tepat.

Level 2: UNISTRUCTURAL - Fokus Satu Konsep

Strategi Pembelajaran:

  • Guru mengenalkan satu konsep dulu: EVAPORASI (penguapan)
  • Tunjukkan diagram secara utuh
  • Anak-anak bisa lihat: "Oh ini namanya penguapan, air naik ke atas"

"Dari penguapan, satu fokus saja dulu. Masih baru satu konsep saja." - Prof. Yuli

Prinsip Penting: Bertahap! Jangan langsung semua terminologi sekaligus.

Analogi: Seperti merakit puzzle - fokus pada satu piece dulu sampai paham, baru tambah piece berikutnya.

Level 3: MULTISTRUCTURAL - Beberapa Konsep Terpisah

Strategi Pembelajaran: Setelah paham evaporasi, pindah ke konsep berikutnya:

  1. Evaporasi (penguapan)
  2. Kondensasi (pengembunan)
  3. Presipitasi (hujan jatuh)

Karakteristik Level Ini:

  • Siswa tahu tiga terminologi
  • Tapi belum bisa mengkaitkan secara komplit
  • "Habis menguap → terkondensasi" masih belum nyambung

Integrasi PM di Level Ini:

"Karena kita PM, segala sesuatu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Hujan memang kehidupan sehari-hari kita. Kita sudah mulai menyisir dengan isu lingkungan." - Prof. Yuli

Perbedaan dengan SOLO Murni:

  • SOLO murni: Sampai tahu 3 konsep = selesai
  • SOLO + PM: Tahu 3 konsep + Mulai kaitkan dengan isu lingkungan

Level 4: RELATIONAL - Mengkaitkan Konsep (Deep Learning Dimulai!)

Karakteristik:

  • Siswa bisa mengkaitkan antar aspek
  • Memahami siklus sebagai satu kesatuan
  • Masuk ke kompleksitas (bukan hanya kuantitatif)

"Relational itu sudah dianggap mulailah kita masuk ke mengajak siswa ke deep-nya. Proses deep dilakukan secara bertahap." - Prof. Yuli

Contoh Pemahaman Relational:

  • Siswa paham: "Kalau panas terjadi, maka terjadi penguapan"
  • "Pada kondisi apa terjadi kondensasi?"
  • "Pada kondisi apa terjadi presipitasi?"
  • Mengkaitkan kondisi dengan proses = tingkat tinggi!

Integrasi dengan Isu Lingkungan:

"Kita tidak ingin berhenti seperti itu. Kita ingin guru bisa mengkaitkan dengan isu lingkungan, pemanasan global. Kalau terjadi pemanasan global, siklusnya ada perubahan seperti apa?"

Ini yang Menantang untuk Guru!

Level 5: EXTENDED ABSTRACT - Generalisasi & Transfer

Karakteristik:

  • Extend ke isu lainnya juga
  • Memperluas konsep dan aplikasi
  • Menciptakan inovasi dan solusi

Contoh Aktivitas:

  • Debat tentang perubahan iklim dan siklus air
  • Membuat ide inovasi untuk konservasi air
  • Menghubungkan dengan isu global

Keterkaitan dengan PM:

"Di extended abstract ini baru kalau dalam pembelajaran mendalam kita kaitkan - dia dalam proses pengalaman belajarnya itu untuk direfleksi." - Prof. Yuli

Ini adalah tahap REFLEKSI dalam pengalaman belajar PM!

Pemetaan SOLO ke Pengalaman Belajar PM

🗺️ Struktur Bertahap

SURFACE LEARNING (MEMAHAMI)
├─ Prestructural: Belum paham, masih bingung
├─ Unistructural: Paham 1 konsep
└─ Multistructural: Paham beberapa konsep terpisah
DEEP LEARNING (MENGAPLIKASI)
├─ Relational: Mengkaitkan konsep + Konteks kehidupan
└─ Extended Abstract: Generalisasi + Inovasi
REFLEKSI
└─ Extended Abstract: Refleksi pembelajaran & pencapaian

Penjelasan Prof. Yuli:

"Yang kita pahami, seluruh proses yang kita lakukan adalah tahap menuju pemahaman yang mendalam. Ketika naik level, dia sudah mulai bisa mengkaitkan - ini sebagai sebuah siklus."

Asesmen SOLO: Ongoing & Differentiated

📊 Prinsip Asesmen SOLO

1. Ongoing Assessment

"Assessment-nya juga ongoing. Kita bisa ngecek di lima level ini." - Prof. Yuli

Contoh Praktis:

Pertanyaan: "Apa yang kamu ketahui tentang siklus air?"

Siswa A (Prestructural): Menjelaskan tapi masih belum jelas → Level Prestructural

Siswa B (Multistructural): "Siklus air terjadi dengan tiga tahap..." + Jelaskan masing-masing → Loncat ke Multistructural!

"Dengan satu pertanyaan saja, ternyata dia sudah bisa loncat ke multistructural. Ada anak yang jelasinnya sampai detail!" - Prof. Yuli

2. Assessment FOR Learning

Karakteristik:

  • Bukan untuk ranking atau nilai akhir
  • Untuk tahu posisi siswa saat ini
  • Untuk mengarahkan pembelajaran selanjutnya
  • Untuk diferensiasi pembelajaran

"Pembelajaran bertahap, tapi ketika assessment kita sudah bisa melihat dia itu sebenarnya posisinya ada di level mana." - Prof. Suyanto

3. Diferensiasi Otomatis

"Di kelas itu sudah biasa ada anak-anak yang fast learner akibat dari entry karakteristik, pengalaman, lingkungan belajar di rumah." - Prof. Suyanto

Respons Guru:

  • Anak cepat → Diberikan tantangan lebih tinggi
  • Anak lambat → Diberikan scaffolding lebih intensif
  • Assessment kualitatif → Praktik pedagogis differentiated

Prof. Yuli merespons:

"Benar! Taksonomi SOLO sangat assessment FOR learning karena dia memfasilitasi gradasi ini."

Teknik Bertanya Bertahap: Micro Teaching

🎤 Seni Bertanya untuk Memfasilitasi Level SOLO

Prof. Yuli berbagi pengalaman dari kuliah Micro Teaching di UNJ:

Tahap 1: Pertanyaan Dasar

"Apa yang kamu ketahui tentang atom?"

Tahap 2: Pertanyaan Spesifik

"Teori atom yang kamu ketahui apa saja? Coba jelaskan."

Tahap 3: Pertanyaan Analisis Fasilitasi siswa untuk menganalisis

Prinsip:

"Kita bertanya di kelas tuh karena tahu: oh ini sederhana, sederhana, terus lanjut sampai bisa anak itu difasilitasi untuk menganalisis."

📝 Contoh Konkret: Siklus Air

Unistructural:

"Coba kamu jelaskan evaporasi."

Kalau sudah bagus →

Multistructural/Relational:

"Coba analisis tahapan-tahapan tiga tadi dalam siklus air lebih detail."

Extended Abstract:

"Bagaimana perubahan iklim mempengaruhi siklus air?"

Hasil Asesmen dari Jurnal Prof. Yuli:

Kategorisasi siswa berdasarkan respon:

  • Sederhana - Baru bisa jelaskan terminologi
  • Kompleks - Bisa kaitkan dengan konteks
  • Paling Kompleks - Bisa generalisasi dan buat solusi

"Respon anak terlihat dari setelah dia semua selesai belajar sampai extended. Bisa jadi anak cuma sampai bisa menjelaskan tiga terminologi, tapi pas dikaitkan dengan isu lingkungan dia enggak bisa - berarti baru sampai multistructural."

Feedback, Feed Up, Feed Forward

🔄 Tiga Tahap Feedback dalam SOLO

Konsep dari Buku SOLO Taxonomy Guide for Schools:

1. FEEDBACK - Apa yang sudah dicapai

"Oh ternyata dia sudah bisa menguasai di level ini."

Guru memberikan konfirmasi posisi siswa saat ini.

2. FEED UP - Ke mana selanjutnya

"Mereka kan bingung mau ke mana lagi. Nah, fungsi kita di situ sebagai fasilitator."

Guru mengarahkan: "Kamu ke sini - next level."

3. FEED FORWARD - Apa yang dibutuhkan

"Pada level itu dia butuh apa saja? Kita harus masukkan lagi stimulasi."

Guru memfasilitasi untuk mencapai level berikutnya.

🎯 Integrasi dengan Refleksi PM

Prof. Suyanto menghubungkan:

"Feedback, feed up, feed forward ini relevan dengan kita. Ini sebetulnya ketika berada pada pengalaman belajar untuk refleksi bisa digunakan!"

Prof. Yuli setuju:

"Benar! Sebelum kita pindah, kita ngecek pemahaman dia, kemudian berikan feedback. Fungsi kita memfasilitasi dia untuk next level."

Dampak:

"Peran guru sangat krusial supaya tahapan itu membuat anak-anak merasa: 'Oh saya bisa! Oh saya sudah sampai sini!' Belajar itu adalah sebuah pencapaian."

Student Agency: Praktik di Australia

🎓 Refleksi Mandiri Siswa

Di Australia:

"Anak-anak merefleksikan sendiri: 'Oh saya sudah bisa tiga hal yang bisa saya jelaskan.' Oh dia pindah ke multistructural."

Peran Guru:

  • Tinggal mengkonfirmasi betul atau tidak posisi siswa
  • Bukan menghakimi, tapi memvalidasi refleksi

Mengapa Bisa?

"Student engagement bahkan dia menjadi student agency - bisa merefleksi diri." - Prof. Suyanto

Perbedaan PM vs Non-PM

⚖️ Kritik terhadap Pembelajaran Non-PM

Prof. Suyanto mengkritik:

"Ketika non-PM, mahasiswa saya bilang: setelah anak mempelajari sesuatu dengan inquiry atau kolaboratif, 'what's next'-nya tidak terfasilitasi dengan baik sehingga berhenti di situ dan kurang mendalam."

Kunci PM:

"Semangatnya pembelajaran mendalam adalah empowering dari praktik pedagogis yang sudah dilakukan oleh para guru kita."

Bukan mengganti, tapi menguatkan dengan:

  • Tahapan jelas (SOLO)
  • Keterkaitan konteks (meaningful)
  • Refleksi terstruktur (feed forward)

Buku Panduan: SOLO Taxonomy Guide for Schools

📚 Sumber Praktis untuk Guru

Prof. Yuli mengumumkan:

"Bukunya ada dua. Sangat praktikal untuk Bapak Ibu guru untuk mengimplementasikan taksonomi SOLO."

Contoh dari Buku:

Contoh Kimia: Mengajar Korosi

Tahapan Bertahap:

  1. Sebutkan karakteristik dari logam
  2. Sebutkan dalam kehidupan sehari-hari mana yang sifatnya alkali
  3. Tuliskan reaksinya
  4. Baru sampai ke peristiwa korosi

"Tidak langsung 'korosi adalah...' Tapi mengkaitkan dulu sebelum sampai ke peristiwa korosi."

Signal Level: Buku juga memberikan sinyal-sinyal prestructural seperti apa, dan seterusnya.

Kritik terhadap Taksonomi Bloom

⚠️ Dari Buku SOLO (Terjemahan Prof. Yuli)

"Saya bukan pembela certain taksonomi. Saya juga mungkin tidak sanggup membuat taksonomi sebaik itu. Tapi memang mereka menyampaikan..."

Kritik dalam Buku:

1. List Verb Bloom Tidak Real

"Kadang ada satu kata kerja tapi ada di C2, ada di C4. Contoh: identifikasi. Jadi membingungkan."

2. Variasi Terlalu Lebar

"C4 menganalisis kata kerjanya tuh banyak tapi sangat lebar - understanding levelnya sangat luas."

3. Sulit Follow-up Learning Tidak jelas langkah selanjutnya setelah siswa mencapai level tertentu.

Kelebihan SOLO:

  • ✓ Mudah follow up learning
  • ✓ Level complexity mudah dipahami
  • ✓ Gradasi jelas

Preview Episode Selanjutnya

🔮 Yang Akan Dibahas Minggu Depan

Prof. Yuli berjanji:

"Besok kita akan membahas kata-kata kerja. Bedanya SOLO dan Bloom itu, khususnya kalau SOLO kata kerjanya sesuai levelnya memang terlihat begitu."

Topik Detail:

  • Hubungan kata kerja dengan level SOLO
  • Contoh di berbagai mata pelajaran (sains, dll)
  • Kurikulum New Zealand
  • Implementasi spesifik kata kerja

"Karena ini agak dalam untuk kata kerja." - Prof. Yuli

Pesan untuk Orang Tua

👨‍👩‍👧‍👦 Orang Tua Juga Perlu Tahu!

Prof. Suyanto mengajak orang tua:

"Orang tua juga boleh mengikuti ini supaya tahu anaknya itu belajar apa, dapatnya apa. Tidak sekedar setiap hari mengantar anak, tapi anaknya enggak tahu belajar apa, tiba-tiba naik kelas."

Manfaat untuk Orang Tua:

  • Memahami tahapan belajar anak
  • Bisa membantu di rumah sesuai level anak
  • Tidak sekadar tanya: "Belajar apa hari ini?"
  • Tapi: "Sudah sampai level mana pemahamanmu?"

Pesan Penting: Jangan Absen!

⚠️ Peringatan Prof. Suyanto

"Para pemirsa yang sangat tertarik dengan taksonomi SOLO ini selalu ikuti. Jangan ada yang absen satu sesi. Karena ketika absen Anda akan membuat bingung sendiri."

Mengapa?

  • Pembelajaran bertahap dan sistematis
  • Setiap episode membangun dari episode sebelumnya
  • Konsep mendalam butuh pemahaman bertahap

Klarifikasi: Mengapa Contoh Australia Terus?

🇦🇺 Pertanyaan dari Viewers

"Ada yang komentar: 'Kenapa sih Bu Yuli Australia terus?'" - Prof. Yuli

Jawaban Tegas Prof. Yuli:

"Pertama, saya ditugaskan Pak Menteri sebagai Atase Pendidikan di Australia. Fungsi saya menghubungkan pendidikan di Indonesia dan pendidikan di Australia."

Prinsip:

  • Yang baik kita ambil
  • Yang kurang baik tidak kita adaptasi
  • Ketika diadaptasi disesuaikan dengan konteks kita

Bukan imitasi buta, tapi:

  • Belajar dari best practice
  • Adaptasi sesuai konteks Indonesia
  • Saling belajar antar negara

Kesimpulan: Mengapa SOLO + PM = Powerful

✅ 5 Keunggulan SOLO untuk PM

  1. Bertahap Sistematis - Dari 1 konsep → Keterkaitan → Generalisasi
  2. Assessment Ongoing - Guru tahu posisi siswa kapan saja
  3. Diferensiasi Alami - Fast/slow learner terfasilitasi otomatis
  4. Feedback Terstruktur - Feed back, up, forward jelas
  5. Student Agency - Siswa bisa refleksi mandiri

🎯 Perbedaan Fundamental



💡 Pesan Akhir

"Kekuatan PM ada di prinsip: meaningful, mindful, joyful. SOLO memberikan struktur bertahap untuk mencapai deep learning." - Prof. Yuli Rahmawati

Untuk Guru: Belajar SOLO bukan mengganti Bloom, tapi menguatkan praktik pedagogis yang sudah ada dengan struktur yang lebih jelas dan bertahap.

Untuk Siswa: Belajar bukan sekadar menghafal, tapi mencapai level demi level dengan kesadaran penuh tentang posisi dan progres.


Tentang Narasumber:

  • Prof. Yuli Rahmawati, MSc., PhD - Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, tokoh Deep Learning Indonesia
  • Prof. Suyanto, PhD - Host channel Suyanto.id, pakar pendidikan

Sumber Video: SOLO: Implementasi dan Asesmen dalam PM - Eps.22

Download Materi Presentasi: Link Bit.ly


Referensi Penting:

  • SOLO Taxonomy Guide for Schools (2 buku) - Panduan praktis implementasi
  • Jurnal: SOLO + Deep Learning
  • Teori Piaget: Asimilasi & Akomodasi

Episode Terkait:


Tags: #ImplementasiSOLO #AsesmenSOLO #PembelajaranBertahap #SiklusAir #ContohPraktis #AssessmentForLearning #Feedback #FeedForward #StudentAgency #DiferensiasiPembelajaran #MicroTeaching #DeepLearning #PembelajaranMendalam #PendidikanIndonesia

Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS