Menguasai Teknik Bertanya untuk Pembelajaran Mendalam

Halo para pendidik dan pembaca setia!
Salah satu keterampilan paling fundamental namun sering dianggap remeh oleh seorang guru adalah kemampuan bertanya. Pertanyaan bukan hanya alat untuk menguji, tetapi juga untuk memandu, menggali, dan membangun pemahaman mendalam.
Dalam episode ke-26 di channel
Di New South Wales, Australia, teknik bertanya yang efektif bahkan menjadi kebijakan kementerian pendidikan, menunjukkan betapa pentingnya hal ini untuk mengecek pemahaman siswa dan menentukan tindak lanjut.
Mari kita selami lebih dalam!
Jangan Berhenti di Pertanyaan "Apa"!
Prof. Yuli mengawali dengan membagi pertanyaan menjadi dua kategori besar:
LOTS (Lower Order Thinking Skills): Pertanyaan dasar yang menguji ingatan. Contoh: "Apa yang dimaksud dengan globalisasi?"
HOTS (Higher Order Thinking Skills): Pertanyaan lanjutan yang menggali lebih dalam.
Kesalahan umum guru adalah berhenti setelah mengajukan pertanyaan LOTS. Setelah siswa menjawab "Atom adalah...", guru sering kali langsung pindah topik.
Padahal, kunci dari deep learning adalah pertanyaan lanjutan (follow-up). Jauh lebih baik memiliki sedikit pertanyaan yang dikaji mendalam daripada banyak pertanyaan yang hanya menyentuh permukaan (surface).
Jenis-Jenis Pertanyaan yang Harus Guru Kuasai
Selain LOTS dan HOTS, ada beberapa jenis pertanyaan lain yang penting:
Pertanyaan Tertutup (Closed Questions): Jawabannya cenderung benar atau salah. (Contoh: "Apa yang dimaksud...")
Pertanyaan Terbuka (Open Questions): Mendorong siswa memberi alasan. (Contoh: "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"). Di sini, yang dinilai bukan hanya benar/salah, tapi kekuatan argumentasi siswa.
Pertanyaan Menggali (Probing Questions): Ini adalah teknik untuk mengarahkan siswa ke HOTS. Guru harus menggunakan bahasa yang sederhana dan membolak-balik pertanyaan untuk menstimulasi siswa berbicara lebih banyak. (Contoh: "Bisa beri contoh?", "Kalau begitu, bagaimana?"). Ini seringkali sulit karena siswa di Indonesia cenderung diam saat ditanya "Mengapa?".
Pertanyaan Reflektif (Reflective Questions): Berkaitan dengan metakognisi. Saat siswa berhasil menjawab soal matematika, guru tidak hanya menerima jawaban, tapi bertanya, "Coba jelaskan, bagaimana kamu bisa mendapat jawaban ini?". Ini membantu siswa menyadari proses berpikir mereka sendiri.
Pertanyaan Diagnostik (Diagnostic Questions): Sangat penting untuk membongkar miskonsepsi. Guru bisa sengaja memberikan pernyataan yang salah (miskonsepsi) lalu bertanya, "Ini benar atau salah? Apa alasannya?". Ini krusial, karena miskonsepsi yang tidak diperbaiki akan sulit dihilangkan.
Mengaitkan Pertanyaan dengan Taksonomi (Bloom & SOLO)
Untuk memastikan pertanyaan kita membangun pemahaman secara bertahap (scaffolding), guru bisa memetakannya dengan taksonomi:
Taksonomi Bloom (Revisi):
Mengingat (C1): "Apa yang kamu tahu tentang siklus air?"
Memahami (C2): "Coba jelaskan proses terjadinya hujan."
Mengaplikasi (C3): (Menerapkan konsep dalam situasi baru).
Menganalisis (C4): "Apa hubungan antara hujan dan kelancaran siklus air?"
Mengevaluasi (C5): "Apakah penebangan hutan berpengaruh pada siklus air? Jelaskan."
Mencipta (C6): (Mendorong inovasi atau strategi baru berdasarkan pemahaman).
Taksonomi SOLO:
Prestruktural: "Apa kamu pernah dengar istilah siklus air?"
Unistruktural (1 konsep): "Apa itu penguapan?"
Multistruktural (Beberapa konsep): (Menyebutkan tahapan-tahapan siklus air).
Relasional (Keterkaitan): "Apa hubungan antara evaporasi, kondensasi, dan hujan?"
Extended Abstract (Transfer): "Bagaimana dampaknya jika siklus air tidak berjalan normal? Apa kaitannya dengan perubahan iklim?"
4 Langkah Pertanyaan Efektif dari New South Wales
Di New South Wales, ada 4 tahapan dalam mengajukan pertanyaan yang efektif untuk deep learning:
Recall Information: Mengingat kembali informasi (LOTS).
Deepen Thinking: Mendalami pemikiran (mulai masuk HOTS).
Making Connections: Membuat koneksi (Menghubungkan antar konsep atau dengan kehidupan nyata).
Justify and Reflect: Meminta justifikasi/alasan dan melakukan refleksi (level tertinggi).
Tips Praktis untuk Guru
Bagaimana agar kita bisa bertanya dengan lebih baik di kelas?
Rencanakan Pertanyaan: Jangan bertanya dadakan. Pastikan pertanyaan Anda relevan dengan tujuan pembelajaran.
Beri Umpan Balik: Respons setiap jawaban, baik benar atau salah. Gunakan bahasa yang suportif ("Jawabanmu sudah sebagian benar, ada yang mau menambahkan?").
Gunakan Variasi: Variasikan jenis pertanyaan (LOTS, HOTS, probing) dan cara bertanya (lisan, tulisan, tools).
Libatkan Semua Siswa: Jangan hanya bertanya pada siswa yang di depan atau yang aktif saja.
Jangan Menghakimi (Judge): Apresiasi setiap siswa yang mau bertanya atau menjawab. Jangan gunakan body language yang meremehkan.
Kuasai Konsep: Ini adalah kunci utama. Guru tidak akan bisa membuat pertanyaan HOTS atau mendeteksi miskonsepsi jika dirinya sendiri tidak paham mendalam atau bahkan miskonsepsi.
Guru juga harus merefleksikan dirinya sendiri: "Apakah saya sudah menguasai materi ini cukup dalam untuk bisa bertanya di level HOTS?"
Diskusi yang sangat fundamental dan penting! Untuk mendapatkan pemahaman penuh, silakan tonton video lengkapnya di tautan berikut.
Semoga bermanfaat dan selamat berlatih mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam!