Memahami dalam Pembelajaran Mendalam: Jangan Sesat Pikir! Eps.19
.png)
Panduan Lengkap Assessment untuk Memastikan Siswa Benar-Benar Memahami
"Schooling without learning" - sindiran tajam Bank Dunia terhadap sistem pendidikan kita. Orang berbondong-bondong ke sekolah, tetapi tidak belajar apa-apa. Episode 19 ini, Prof. Yuli Rahmawati, PhD, Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Kedutaan Besar Indonesia di Australia, bersama Prof. Suyanto, PhD, membahas bagaimana memastikan siswa benar-benar memahami - bukan sekadar mendengar tetapi tidak mengerti (hearing but not listening).
Prinsip Fundamental: Guru Harus Selalu Tahu
"Prinsip guru harus selalu tahu sampai di mana belajarnya siswa atau murid. Assessment itu bagian yang embed (melekat) dengan proses memberikan pengalaman belajar." - Prof. Suyanto
Assessment bukan sekadar tes di akhir pembelajaran, tetapi terintegrasi dalam setiap tahap pembelajaran.
Tiga Jenis Assessment dalam Tahap Memahami
🔍 Assessment Framework
S = Self & Peer Assessment (siswa menilai diri sendiri dan teman) FOR Learning = Assessment untuk proses, memberikan feedback OF Learning = Assessment untuk hasil akhir
Pada tahap memahami, fokus pada:
- ✓ Self Assessment - Siswa melakukan refleksi diri
- ✓ Assessment FOR Learning - Fokus pada proses dan feedback
- ✓ Minimal Assessment OF Learning - Bukan untuk ranking, tapi untuk mengetahui pencapaian
Tiga Fokus Pengecekan Pemahaman
Sesuai episode sebelumnya, tahap memahami memiliki tiga fokus yang harus dicek:
- Pengetahuan Esensial (Essential Knowledge)
- Pengetahuan Aplikatif (Applied Knowledge)
- Nilai dan Karakter (Value & Character)
Minimal Waktu: Untuk mencapai ketiga pengetahuan ini, minimal 2 kali pertemuan. Namun bisa disesuaikan dengan alokasi waktu dan kompleksitas topik.
Strategi Cek Pemahaman: Beragam dan Fleksibel
✅ Tidak Harus Paper and Pencil Test
"Yang penting sesuai dengan tujuan kita. Tidak harus terus membuat tes paper and pencil." - Prof. Yuli Rahmawati
Alternatif Assessment:
- Pertanyaan terbuka
- Concept map
- Think-Pair-Share (TPS)
- Multiple choice strategis
- Sampling siswa
- Authentic assessment
✅ Teknik Sampling seperti Koki Profesional
"Seperti orang jago masak yang memberi garam sudah enggak pikir-pikir lagi. Kalau disampling dengan pertanyaan terbuka, kita tahu berapa persen yang paham." - Prof. Suyanto
Guru profesional bisa "merasakan" pemahaman kelas tanpa harus mengetes semua siswa dengan tes formal.
Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Assessment
Platform Online yang Efektif:
- Kahoot - Game-based quiz
- Mentimeter - Interactive polling
- Canva - Upload dan share concept map
Contoh Aplikasi:
Guru membuat pernyataan yang mengandung miskonsepsi, lalu tanya siswa: "Ya atau Tidak?"
Hasil: 90% siswa menjawab "Ya" padahal pernyataan itu salah konsep.
Refleksi Guru:
"Wah, ternyata dari tadi menjelaskan, siswa tidak paham!" - Prof. Yuli Rahmawati
Langsung bisa refleksi dan perbaikan pembelajaran.
Classroom Assessment Techniques (CATs)
Prof. Yuli memperkenalkan buku penting: Classroom Assessment Techniques (CATs) - bukan "cats" kucing! 😊
📋 Teknik untuk Mengecek Pengetahuan Awal
1. Short Answer & Simple Questionnaire
- Tujuan: Develop memory skills
- Contoh: "Apa yang kamu ketahui tentang pasar?"
2. Focus Listing
- Tujuan: Memory dan attention
- Contoh: "Tuliskan komponen-komponen pasar yang kamu ketahui"
Variasi dengan "Jebakan": Guru membuat daftar komponen pasar, tapi sengaja memasukkan yang salah.
"Komponen pasar terdiri dari... (ditambah yang salah). Mana menurut kamu yang benar dan tidak?" - Prof. Yuli
Manfaat:
- Siswa harus pay attention
- Melatih memory
- Melatih listening skills
3. Misconception Check
- Cara: Tuliskan statement miskonsepsi yang salah
- Tanya: "Ya atau Tidak?"
- Bonus: Minta reasoning (alasan)
4. Muddiest Point
- Teknik: Isi titik-titik dengan 1-2 kata
- Contoh: "Pasar bertujuan untuk ______"
- Tantangan: Kalau salah satu kata, salah semua!
- Fungsi: Cek recall dan understanding
5. Memory Matrix
- Format: Tabel dengan kategori
- Contoh Ekonomi:
| Negara | Prinsip Ekonomi A | Prinsip Ekonomi B | Prinsip Ekonomi C |
|---|---|---|---|
| Jerman | ✓ | ✓ | |
| Indonesia | ✓ |
Masalah Umum:
"Kalau kita jelasin nonstop semua negara dengan deskripsinya, anak-anak tuh enggak tahu mana masuk ke mana." - Prof. Yuli
Solusi: Gunakan matrix untuk membantu strukturisasi informasi.
Contoh Kimia: Jelaskan banyak ahli kimia dengan prinsip-prinsipnya. Ketika diberi soal, "Tuliskan mana prinsip yang digunakan" - siswa enggak bisa!
Mengapa? Mereka tidak tahu aplikasinya seperti apa. Pembelajaran tidak mendalam.
📋 Teknik untuk Mengecek Pengetahuan Aplikatif
1. Application Card
- Cara: Siswa menulis di kartu
- Pertanyaan: "Tuliskan salah satu aplikasi konsep ini dalam kehidupan sehari-hari"
2. Project Planning
- Untuk: Project-based learning
- Tugas: "Siapkan rencana project-based learning seperti apa?"
- Manfaat: Siswa sudah punya ide di tahap memahami
Contoh: Siswa membuat semacam proposal untuk menunjukkan bagaimana konsep bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.
📋 Teknik untuk Mengecek Nilai dan Karakter
1. Ethical Dilemma (Dilema Etika)
- Format: Kasus dilema tanpa jawaban benar/salah
- Contoh: "Ada rumah dengan harga segini. Kira-kira aku harusnya beli atau tidak?"
Jawaban berdasarkan:
- Konteks siswa
- Nilai yang dipegang
- Pertimbangan etis
Pertanyaan lanjutan:
- "Beli rumah kapan bisanya?"
- "Kalau tidak bisa beli cash, nyicil berapa setiap bulan?"
- "Harus menyisihkan berapa dari pendapatan?"
2. Polling (Angket Pendapat)
- Tentang: Isu moral/etika terkait materi
- Tujuan: Mengetahui respons siswa terhadap kasus
3. Reflective Journal
- Format: Jurnal refleksi
- Isi: Respons siswa terhadap isu nilai dan karakter
Catatan Penting:
"Kita bisa mengetahui bagaimana nilai karakter - bukan dinilai saat itu - tapi responsnya. Misalnya dikasih kasus, dia bilang 'saya tidak setuju karena begini-begini.' Itu sudah ketahuan terstimulasi. Kalau internalisasi masih panjang, tapi minimal terstimulasi." - Prof. Yuli Rahmawati
Membedakan:
- Terstimulasi = Mulai berpikir tentang nilai (jangka pendek)
- Terinternalisasi = Nilai sudah menjadi bagian dari diri (jangka panjang)
Pentingnya Cek Pengetahuan Prasyarat
🎯 Prerequisite Knowledge
"Setiap mata pelajaran kan ada prerequisite. Misalnya kalau sudah belajar aljabar atau kimia stokiometri, tapi perkaliannya aja bermasalah - yang basic harus dicek di awal." - Prof. Yuli Rahmawati
Masalah Sistemik: Siswa belajar 10 mata pelajaran, otak sudah penuh. Tugas guru di mata pelajaran kita cuma salah satu dari 10.
Solusi: Kolaborasi Antar Guru
"Kalau guru bisa mengkaitkan apa yang dipelajari dengan mata pelajaran lain, itu prestasi besar! Guru harus berkomunikasi: 'Eh, matematikanya sudah sampai mana sih? Bahasa Indonesianya sudah diajarkan apa saja?'" - Prof. Yuli
Manfaat:
- Pembelajaran komprehensif
- Lintas disiplin ilmu
- Siswa melihat keterkaitan antar mata pelajaran
Prinsip "Example & Non-Example"
📚 Teori Stephen Yelon (Michigan State)
Prof. Suyanto berbagi insight dari promotor disertasinya tentang Instructional Design:
"Dalam mengajar perlu example dan non-example (contoh dan bukan contoh)."
Contoh Konkret:
Konsep: Harimau (kucing besar berkaki empat)
Example:
- Harimau
- Macan
- Singa
Non-example:
- Kucing domestik (bukan harimau meski kaki empat)
- Kerbau (kaki empat tapi bukan kucing besar)
- Sapi (kaki empat tapi herbivora)
Bahaya Tanpa Non-Example:
Anak kecil yang hanya tahu kucing, ketika diajak ke kebun binatang dan melihat harimau:
"Wow, kucingnya gede banget ini nih!" 😄
Miskonsepsi terjadi karena tidak ada non-example!
Refleksi Guru: Durasi dan Attention Span
⏰ Pelajaran dari Angklung
Prof. Yuli berbagi pengalaman menarik saat mengatur acara angklung di KBRI:
"Saat diskusi pemutaran angklung di KBRI, saya tanya: 'Nonton angklung itu berapa menit maksimal?' Tim angklung bilang: '20 menit.' Ya ampun, angklung aja 20 menit, gimana kimia?!"
Kesimpulan:
- Nonton yang menyenangkan (angklung) = maksimal 20 menit
- Setelah itu: Perlu break
- Pelajaran untuk guru: Jangan ceramah nonstop!
Bahaya Ceramah Nonstop:
"Saya pun kadang menjelaskan nonstop enggak sadar. Jadi kita perlu merefleksi untuk diri sendiri juga." - Prof. Yuli Rahmawati
🚶 Guru Sydney: Interaktif dan Mobile
Prof. Suyanto berbagi observasi pembelajaran matematika di Sydney:
"Checking understanding di Sydney luar biasa. Guru nanya, siswa nulis, guru nanya lagi, siswa nulis lagi. Gurunya kayak kuat sekali mendeteksi kemampuan anak."
Praktik Terbaik:
- Guru langsung ke murid saat duduk di lantai (floor)
- Siap membantu individual
- Menghapus konsep yang salah di papan kecil siswa (whiteboard mini)
- Membetulkan langsung kesalahan konsep
Tools: Whiteboard mini yang mudah dihapus (seperti "sabak" zaman dulu, atau disebut "papan jalan")
Kesalahan Fatal: "Tidak Semua Harus Dinilai"
📊 Assessment ≠ Grading
"Tolong sampaikan ke anak-anak: tidak semua yang kita berikan pertanyaan/tes itu dinilai dalam arti harus diranking, harus diperiksa untuk nilai. Kita menggunakan itu sebagai feedback." - Prof. Yuli Rahmawati
Masalah di Indonesia: "Apa-apa dinilai" → Siswa stres → Fokus pada nilai, bukan pembelajaran
Seharusnya:
- Assessment sebagai feedback untuk pembelajaran
- Tidak semua masuk ke penilaian akhir
- Assessment FOR learning, bukan hanya OF learning
Teknik Kolaboratif: Saling Periksa Pekerjaan
👥 Peer Assessment
Prof. Yuli mengenang:
"Dulu guru saya sering banget bilang: 'Ayo, kamu periksa kerjaan temannya.' Kalau dipikir sekarang tuh udah jarang. Ada yang mikir 'Ah, nanti enggak fair temannya nilai.'"
Sebenarnya:
- Bukan proses judgment
- Siswa saling sharing
- Siswa saling belajar
- Melihat dampaknya, bukan sekadar menilai
Manfaat:
- Siswa melihat perspektif berbeda
- Belajar dari pekerjaan teman
- Melatih kemampuan analisis dan kritik konstruktif
Penutup: Guru Harus Cerdik dan Reflektif
🧠 Tuntutan untuk Guru Modern
"Guru harus membuat skema pembelajaran secara cerdik. Anak-anak lebih konsentrasi dengan handphone, YouTube, film. Tapi kalau pelajaran sulit, konsentrasi mereka kurang karena dianggap kurang menyenangkan dibanding dunia digital." - Prof. Yuli Rahmawati
Tantangan:
- Bersaing dengan dunia digital yang menarik
- Membuat pembelajaran sama menariknya
- Memastikan hearing menjadi listening
- Memastikan schooling menjadi learning
🔑 Kunci Sukses:
- Selalu cek pemahaman - Jangan asumsikan siswa paham
- Gunakan beragam teknik assessment - Sesuaikan dengan tujuan
- Manfaatkan teknologi - Kahoot, Mentimeter, Canva
- Kolaborasi antar guru - Ketahui prerequisite dari mata pelajaran lain
- Refleksi diri - Evaluasi durasi dan efektivitas mengajar
- Assessment for learning - Fokus pada feedback, bukan ranking
- Example & non-example - Cegah miskonsepsi
- Interaktif dan mobile - Jangan duduk saja, muter-muter kelas!
"Mudah-mudahan video ini berguna untuk instruktur nasional, guru, kepala sekolah, dan pengawas supaya konsep kita semakin ke bawah tidak ada yang miskonsepsi." - Prof. Suyanto
Tentang Narasumber:
- Prof. Yuli Rahmawati, MSc., PhD - Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, tokoh Deep Learning Indonesia
- Prof. Suyanto, PhD - Host channel Suyanto.id, pakar pendidikan, alumni Michigan State University
Sumber Video: Memahami, dalam PM Jangan Sesat Pikir - Eps.19
Download Materi Presentasi: Link DocWorkspace
Episode Terkait:
- Teknik Memahami Pengetahuan Esensial - Eps.18
- Memahami Pengetahuan Esensial Mudah - Eps.17
- Strategi Belajar Menggembirakan dalam PM/DL - Eps.16
Referensi Penting:
- Classroom Assessment Techniques (CATs) - Buku panduan teknik assessment
- Stephen Yelon - Instructional Design (Michigan State University)
Tags: #AssessmentForLearning #ClassroomAssessment #CATs #PemahamanMendalam #DeepLearning #PembelajaranMendalam #MiskonsepsiPembelajaran #CheckingUnderstanding #AuthenticAssessment #ExampleNonExample #PendidikanIndonesia #GuruProfesional #SchoolingWithoutLearning