Pengalaman Belajar dalam Deep Learning: Wawasan dari Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. Episod 6
Dalam era transformasi pendidikan Indonesia, konsep Deep Learning atau pembelajaran mendalam telah menjadi topik yang semakin relevan. Melalui diskusi mendalam dengan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D., seorang ahli pendidikan kimia dan kini menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Kedutaan Besar RI Canberra Australia, kita dapat memahami bagaimana pengalaman belajar dalam Deep Learning dapat diimplementasikan secara praktis di kelas.
Memahami Kerangka Deep Learning
Deep Learning bukan sekadar tentang teknologi artificial intelligence, tetapi juga tentang pendekatan pembelajaran yang mendalam dan bermakna. Prof. Yuli menjelaskan bahwa dalam kerangka Deep Learning pembelajaran, terdapat tiga tahap utama yang harus dilalui siswa:
1. Memahami (Understanding)
Tahap ini merupakan fondasi dari seluruh proses pembelajaran. Siswa tidak hanya sekedar menghafal konsep, tetapi benar-benar memahami esensi dari materi yang dipelajari.
2. Mengaplikasikan (Applying)
Setelah memahami, siswa harus mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam konteks nyata dan situasi yang beragam.
3. Merefleksi (Reflecting)
Tahap refleksi memungkinkan siswa untuk mengevaluasi proses pembelajaran mereka dan merencanakan pembelajaran selanjutnya.
Studi Kasus: Pembelajaran Koloid melalui Deep Learning
Mengapa Koloid?
Prof. Yuli memberikan contoh konkret melalui pembelajaran materi koloid dalam mata pelajaran kimia. Topik ini sering dianggap mudah dan diabaikan, padahal memiliki potensi besar untuk pembelajaran yang aplikatif dan menyenangkan.
Tahap Memahami: Dari Contoh ke Konsep
Proses pembelajaran dimulai dengan memberikan contoh-contoh yang familiar bagi siswa:
- Kosmetik dalam kehidupan sehari-hari
- Air sungai yang keruh
- Susu sebagai produk yang dikonsumsi
"Dari contoh-contoh ini, siswa diminta menyimpulkan dengan bahasa mereka sendiri," jelasnya Prof. Yuli. "Baru kemudian kita masuk ke konsep koloid yang sebenarnya."
Pengetahuan yang Diperoleh:
- Pengetahuan Esensial: Konsep dasar koloid
- Pengetahuan Aplikatif: Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
- Pengetahuan Nilai dan Karakter: Kepedulian terhadap lingkungan melalui contoh air sungai yang terpolusi
Menggunakan Critical Thinking
Prof. Yuli menekankan pentingnya thought-provoking questions - pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpikir kritis. Contohnya:
"Mengapa susu yang terlihat seperti satu fase sebenarnya merupakan sistem dua fase?"
Pertanyaan seperti ini tidak dapat dijawab dengan hafalan semata, tetapi memerlukan pemahaman mendalam tentang konsep koloid.
Pemanfaatan Digital dan Kemitraan
Integrasi Teknologi Digital
Dalam implementasi Deep Learning, teknologi digital menjadi pendukung penting:
- Video pembelajaran tentang polusi air
- Aplikasi kuis interaktif untuk mengecek pemahaman
- Platform digital untuk dokumentasi proses pembelajaran
Kemitraan Pembelajaran
Prof. Yuli juga mengusulkan konsep kemitraan yang dapat memperkaya pengalaman belajar:
- Mengundang ahli lingkungan untuk membahas polusi air
- Melibatkan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar sungai
- Menghadirkan role model yang dapat menginspirasi siswa
Tahap Aplikasi: Project-Based Learning
Contoh Project Koloid
Setelah memahami konsep, siswa diminta mengaplikasikan pengetahuan mereka melalui project, seperti:
- Mengatasi Polusi Air: Membuat sistem filtrasi menggunakan prinsip koloid
- Kewirausahaan: Membuat produk seperti mayones atau yogurt
- Infografis Digital: Membuat presentasi tentang aplikasi koloid
Pengalaman Pribadi Prof. Yuli
Prof. Yuli berbagi pengalamannya saat masih sekolah di SMAK Bogor:
"Air di rumah saya keruh, seragam sekolah selalu berubah warna menjadi coklat. Saya membawa sampel air ke lab dan ternyata kadar Fe dan aluminiumnya sangat tinggi. Ini bisa diatasi dengan koagulasi - prinsip koloid yang kami pelajari."
Tahap Refleksi: Regulasi Diri dan Evaluasi
Komponen Refleksi
Tahap refleksi melibatkan beberapa aspek penting:
- Regulasi Diri: Siswa mengatur proses pembelajaran mereka sendiri
- Evaluasi Proses: Menilai efektivitas metode pembelajaran yang digunakan
- Refleksi Tujuan: Mengecek apakah tujuan pembelajaran telah tercapai
- Perencanaan Lanjutan: Merencanakan pembelajaran selanjutnya
Self-Assessment dan Extended Learning
Prof. Yuli menekankan pentingnya mengajukan pertanyaan tingkat lanjut:
"Adakah yang kalian ketahui selain yang sudah kita pelajari tentang koloid?"
Pertanyaan ini membuka ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi lebih jauh, bahkan dari sudut pandang:
- Ekonomi: Industri yang menggunakan koloid
- Sosial: Dampak sosial dari polusi air
- Teknologi: Inovasi terbaru dalam bidang koloid
Tantangan dan Solusi
Tantangan Implementasi
- Kesiapan Guru: Guru harus memiliki pemahaman yang lebih mendalam dari siswa
- Keragaman Siswa: Karakteristik dan motivasi belajar siswa yang beragam
- Infrastruktur: Ketersediaan teknologi dan akses internet
- Kemitraan: Tidak semua sekolah memiliki akses ke mitra yang relevan
Solusi Praktis
Prof. Yuli menekankan bahwa kemitraan bukanlah keharusan:
"Ini bukan keharusan. Jika memungkinkan, tentu sangat baik. Tapi jangan sampai sekolah di daerah terpencil merasa tidak bisa menerapkan Deep Learning karena keterbatasan ini."
Dampak Pembelajaran Deep Learning
Pada Siswa
- Pemahaman Mendalam: Tidak sekadar hafalan, tetapi pemahaman konseptual
- Keterampilan Aplikatif: Mampu menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata
- Karakter: Mengembangkan nilai-nilai seperti kepedulian lingkungan
- Regulasi Diri: Kemampuan mengatur proses pembelajaran sendiri
Pada Guru
- Pengembangan Profesional: Guru harus terus belajar dan mengembangkan diri
- Inovasi Pembelajaran: Mencari metode pembelajaran yang lebih efektif
- Refleksi Praktik: Mengevaluasi dan memperbaiki praktik mengajar
Kesimpulan
Deep Learning dalam konteks pendidikan Indonesia bukan sekadar trend, tetapi sebuah kebutuhan untuk menghadapi tantangan masa depan. Melalui pendekatan yang sistematis - memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi - siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang akan sangat berguna dalam kehidupan mereka.
Prof. Yuli Rahmawati memberikan inspirasi bahwa pembelajaran Deep Learning dapat diimplementasikan dengan berbagai cara kreatif, disesuaikan dengan konteks dan kondisi masing-masing sekolah. Yang terpenting adalah komitmen untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Pesan Penting
Sebagaimana disampaikan Prof. Yuli:
"Yang penting adalah siswa tahu apa yang mereka ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui. Jangan sampai siswa tidak tahu apa yang tidak mereka ketahui - ini bahaya."
Refleksi ini menjadi kunci dalam pembelajaran Deep Learning yang efektif, di mana siswa tidak hanya belajar konten, tetapi juga belajar bagaimana cara belajar yang efektif.
Sumber Video: Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D.: Pengalaman Belajar dalam Deep Learning-Eps.6 @Suyantoid
Tentang Prof. Yuli Rahmawati: Beliau adalah dosen kimia yang kini menjabat sebagai Atase Pendidikan dan kebudayaan RI di Kedutaan Besar RI Canberra Australia, dengan keahlian dalam bidang pendidikan kimia dan pembelajaran inovatif.