0
Home  ›  Pembelajaran Mendalam

Pembelajaran Mendalam dalam Taksonomi SOLO dan Bloom: Memahami Hubungan Teoritis dan Praktis Episod 3

Dalam perjalanan memahami Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam, salah satu pertanyaan fundamental yang muncul adalah: bagaimana pendekatan ini berkaitan dengan taksonomi pembelajaran yang sudah kita kenal? Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. dalam episode ketiga ini memberikan pencerahan mendalam tentang hubungan antara framework Deep Learning dengan dua taksonomi pembelajaran yang paling berpengaruh: Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO.


Sebagaimana yang diungkapkan Prof. Suyanto, "jalaran biso iku bingung" (dalam bahasa Jawa: bisa karena bingung) - kebingungan yang konstruktif justru menjadi awal dari pemahaman yang mendalam. Mari kita telusuri bagaimana kedua taksonomi ini memberikan landasan teoritis yang kuat untuk implementasi Deep Learning di Indonesia.

Mengapa Taksonomi Penting dalam Deep Learning?

Educational Framework

Prof. Yuli menjelaskan bahwa dalam konteks pendidikan, taksonomi pembelajaran sangat beragam dan masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Namun, yang paling komprehensif adalah Taksonomi Bloom yang mencakup tiga domain:

  1. Domain Kognitif - Aspek intelektual
  2. Domain Afektif - Aspek emosional dan nilai
  3. Domain Psikomotor - Aspek keterampilan fisik

Relevansi dengan Deep Learning

Framework Deep Learning Indonesia mencoba mengintegrasikan pengalaman belajar yang terdiri dari:
  • Memahami
  • Mengaplikasikan
  • Merefleksikan

Ketiga pengalaman belajar ini perlu ditempatkan dalam konteks taksonomi yang sudah teruji untuk memastikan implementasi yang efektif dan terukur.

Taksonomi Bloom: Fondasi Klasik Pembelajaran

Bloom's Taxonomy

Struktur Taksonomi Bloom (Revisi)

Taksonomi Bloom yang telah direvisi terdiri dari enam level kognitif:
  1. Remember (Mengingat) - Mengingat informasi yang telah dipelajari
  2. Understand (Memahami) - Memahami makna dari informasi
  3. Apply (Menerapkan) - Menggunakan informasi dalam situasi baru
  4. Analyze (Menganalisis) - Memecah informasi menjadi bagian-bagian
  5. Evaluate (Mengevaluasi) - Membuat penilaian berdasarkan kriteria
  6. Create (Mencipta) - Menghasilkan produk baru atau original

Keunggulan Taksonomi BloomKomprehensif: 

  • Mencakup seluruh aspek pembelajaran
  • Terstruktur: Hierarki yang jelas dari sederhana ke kompleks
  • Teruji: Digunakan secara luas di seluruh dunia
  • Fleksibel: Dapat diadaptasi untuk berbagai konteks pembelajaran

Taksonomi SOLO: Struktur Pembelajaran yang Teramati

SOLO Taxonomy Structure

Apa itu SOLO?

Prof. Yuli menjelaskan bahwa SOLO adalah singkatan dari Structure of Observed Learning Outcomes (Struktur Hasil Pembelajaran yang Teramati). Taksonomi ini dikembangkan oleh John Biggs dan Kevin Collis untuk mengukur kualitas respons pembelajaran.

Level-level dalam SOLO

1. Prestructural (Prastruktural)

  • Siswa tidak memiliki pemahaman yang relevan
  • Respons tidak tepat atau tidak ada
  • Contoh: Ketika ditanya "Apa itu fotosintesis?" siswa tidak bisa menjawab atau menjawab dengan tidak tepat

2. Unistructural (Unistruktural)

  • Siswa dapat mengidentifikasi satu aspek yang relevan
  • Respons sederhana dan langsung
  • Contoh: "Fotosintesis adalah proses yang terjadi pada tumbuhan"

3. Multistructural (Multistruktural)

  • Siswa dapat mengidentifikasi beberapa aspek yang relevan
  • Namun belum dapat mengaitkan antar aspek
  • Contoh: "Fotosintesis melibatkan energi cahaya, menghasilkan oksigen, dan membutuhkan air"

4. Relational (Relasional)

  • Siswa dapat mengaitkan beberapa aspek menjadi struktur yang koheren
  • Pemahaman yang terintegrasi
  • Contoh: Menjelaskan hubungan antara komponen fotosintesis dalam ekosistem

5. Extended Abstract (Abstrak Diperluas)

  • Siswa dapat menggeneralisasi struktur ke konteks baru
  • Pemikiran abstrak dan transfer knowledge
  • Contoh: Mengaitkan fotosintesis dengan perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan

Integrasi Deep Learning dengan Taksonomi

Memahami: Dari Prestructural ke Relational

Deep Learning Understanding

Prof. Yuli memberikan contoh konkret bagaimana tahap "Memahami" dalam Deep Learning dapat dipetakan dalam taksonomi:

Contoh: Konsep Natrium dalam Kimia

Level Prestructural:

  • Siswa tidak tahu apa itu natrium
  • Atau memberikan jawaban yang tidak tepat

Level Unistructural:Siswa: 

  • "Natrium adalah unsur kimia dengan simbol Na"
  • Sudah bisa mengingat (Remember dalam Bloom)

Level Multistructural:

  • Siswa dapat menyebutkan beberapa fakta tentang natrium
  • Namun belum bisa mengkaitkannya

Level Relational:

  • Siswa dapat menjelaskan hubungan natrium dengan senyawa lain
  • Memahami peran natrium dalam sistem biologis

Level Extended Abstract:

  • Siswa dapat mengaitkan natrium dengan berbagai konteks
  • Dari kimia dasar hingga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari

Mengaplikasikan: Extending Knowledge

Tahap "Mengaplikasikan" dalam Deep Learning berkaitan dengan extending knowledge - memperluas pengetahuan dengan menerapkan pemahaman yang sudah ada.

Karakteristik Aplikasi dalam Deep Learning:

  1. Menghubungkan antar Ide: Kemampuan mengaitkan konsep dalam berbagai konteks
  2. Pembelajaran Multidisiplin: Tidak terbatas pada satu bidang ilmu
  3. Aplikasi Kontekstual: Menerapkan dalam situasi nyata

Prof. Yuli menekankan: "Semakin dalam kita akan bisa mengkaitkan ide-ide dalam berbagai konteks. Kalau bidangnya satu mungkin kurang kaya."

Merefleksikan: Extended Abstract dan Metacognition

Reflection in Learning

Tahap "Merefleksikan" adalah yang paling kompleks dan berkaitan dengan:Regulasi Diri: 
  1. Kemampuan mengatur proses pembelajaran sendiri
  2. Metacognition: Berpikir tentang proses berpikir
  3. Transfer Knowledge: Menerapkan pembelajaran dalam konteks baru

Contoh Refleksi dalam Pembelajaran Fotosintesis:

Pertanyaan Reflektif:

  • "Bagaimana proses fotosintesis berdampak pada ekosistem?"
  • "Apa yang terjadi jika faktor-faktor fotosintesis berubah?"
  • "Bagaimana fotosintesis berkaitan dengan perubahan iklim?"

Studi Kasus: Pembelajaran Akuarium

Prof. Yuli memberikan contoh nyata dari pengalamannya:
"Anak-anak diminta membuat akuarium dengan kondisi yang membuat ikan mas tidak cepat mati. Hanya dengan stimulasi itu, mereka sampai membaca jurnal dan buku biologi dasar perkuliahan. Mereka bisa menentukan ukuran akuarium berdasarkan jenis ikan tanpa diajarkan secara eksplisit."
Ini menunjukkan bagaimana Deep Learning dapat mendorong siswa mencapai level Extended Abstract secara alami.

Mengapa Bukan Sintaks?

Learning Experience Framework

Perbedaan Sintaks dan Pengalaman Belajar

Prof. Yuli menjelaskan perbedaan penting antara sintaks (langkah-langkah pembelajaran) dan pengalaman belajar:

Sintaks (Contoh: Problem-Based Learning)

  1. Orientasi masalah
  2. Organisasi siswa
  3. Investigasi individual/kelompok
  4. Presentasi hasil
  5. Evaluasi proses

Pengalaman Belajar Deep Learning

  1. Memahami - Bisa dalam berbagai aktivitas
  2. Mengaplikasikan - Bisa dalam berbagai metode
  3. Merefleksikan - Bisa dalam berbagai konteks

Fleksibilitas Implementation

Keunggulan Pendekatan Pengalaman Belajar:

  1. Tidak Kaku: Guru bebas memilih metode yang sesuai
  2. Adaptif: Dapat disesuaikan dengan konteks lokal
  3. Integratif: Dapat menggabungkan berbagai model pembelajaran
  4. Fokus pada Outcome: Yang penting adalah pengalaman belajar tercapai
Prof. Yuli menekankan: "Fokus yang akan dibuat adalah bagaimana siswa mengalami pengalaman belajar: dia paham dulu, kemudian dia mengaplikasikan, dia merefleksi."

Tantangan dalam Implementasi

1. Memastikan Pemahaman Sebelum Aplikasi

  • Permasalahan Umum:Guru sering "loncat" ke aplikasi tanpa memastikan pemahaman
  • Siswa melakukan project tanpa memahami konsep dasar
  • Pembelajaran menjadi "meaningless"
Solusi:
  • Double Check: Pastikan siswa benar-benar paham sebelum lanjut
  • Scaffolding: Berikan dukungan bertahap
  • Assessment Berkelanjutan: Evaluasi pemahaman secara terus-menerus

2. Menghindari "Cookbook Learning"

Prof. Yuli mengibaratkan pembelajaran yang tidak bermakna seperti "cooking book" - siswa hanya mengikuti prosedur tanpa memahami alasannya.

Karakteristik Cookbook Learning:

  • Mengikuti langkah-langkah tanpa pemahaman
  • Tidak bisa menjelaskan alasan di balik tindakan
  • Tidak dapat mentransfer knowledge ke situasi baru

Strategi Menghindari:

  • Selalu tanyakan "Mengapa?" bukan hanya "Bagaimana?"
  • Kaitkan aktivitas dengan konsep teoretis
  • Dorong siswa untuk menjelaskan alasan di balik tindakan mereka

3. Mengembangkan Kemampuan Refleksi

Tantangan:

  • Siswa tidak terbiasa merefleksi
  • Refleksi dianggap "tambahan" bukan bagian integral
  • Kurangnya panduan untuk refleksi yang bermakna

Strategi Pengembangan:

  • Berikan pertanyaan reflektif yang terstruktur
  • Gunakan jurnal pembelajaran
  • Fasilitasi diskusi reflektif
  • Modelkan proses refleksi

Depth of Knowledge: Memperdalam Pemahaman

Depth of Knowledge

Prof. Yuli juga menyinggung tentang Depth of Knowledge (DOK) dari Norman Webb yang menambahkan dimensi kedalaman pada setiap level taksonomi:

Level DOK dalam Memahami (C2)

  1. DOK Level 1: Pemahaman dasar dan literal
  2. DOK Level 2: Pemahaman yang melibatkan interpretasi
  3. DOK Level 3: Pemahaman yang memerlukan reasoning

Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam satu level taksonomi, ada gradasi kedalaman yang perlu diperhatikan.

Implementasi Praktis di Kelas

Model Pembelajaran yang Kompatibel

Deep Learning tidak menggantikan model pembelajaran yang sudah ada, tetapi dapat diintegrasikan dengan:
  1. Problem-Based Learning
  2. Project-Based Learning
  3. Inquiry-Based Learning
  4. Cooperative Learning
  5. Discovery Learning

Strategi Integrasi

Langkah 1: Analisis Sintaks

  • Identifikasi langkah-langkah dalam model pembelajaran yang digunakan
  • Petakan setiap langkah ke pengalaman belajar (Memahami/Mengaplikasikan/Merefleksikan)

Langkah 2: Identifikasi Gap

  • Temukan bagian yang kurang atau hilang
  • Tambahkan elemen yang diperlukan

Langkah 3: Strengthening

Perkuat aspek yang sudah ada
Pastikan setiap pengalaman belajar bermakna

Contoh Implementasi: Pembelajaran Ekosistem

Tradisional:

  • Penjelasan konsep ekosistem
  • Identifikasi komponen ekosistem
  • Tugas membuat diagram ekosistem
  • Evaluasi

Deep Learning Integration:

Memahami:

  • Observasi ekosistem lokal
  • Diskusi tentang interaksi dalam ekosistem
  • Kaitkan dengan pengalaman sehari-hari

Mengaplikasikan:

  • Analisis perubahan ekosistem
  • Prediksi dampak perubahan lingkungan
  • Desain solusi untuk masalah ekosistem

Merefleksikan:

  • Evaluasi dampak aktivitas manusia terhadap ekosistem
  • Refleksi tentang peran pribadi dalam menjaga lingkungan
  • Transfer knowledge ke konteks global (perubahan iklim)

Pesan untuk Para Guru

Paradigma Baru dalam Mengajar

Prof. Yuli memberikan pesan penting untuk para guru:

"Pembelajaran mendalam adalah sebuah usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa-siswa kita. Kita ingin siswa kita belajar memahami sebuah konsep secara mendalam, sehingga ketika dia paham dengan baik, maka dia bisa mengaplikasikan dalam berbagai konteks termasuk menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah."

Evaluasi Diri untuk Guru

Pertanyaan Reflektif:

Apakah siswa benar-benar memahami konsep yang diajarkan?
Sudahkah saya memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pemahaman?
Bagaimana saya memfasilitasi refleksi yang bermakna?
Apakah pembelajaran yang saya lakukan sudah meaningful?

Pentingnya Kesejahteraan Guru

Prof. Suyanto juga menekankan aspek yang tidak kalah penting:

"Guru adalah ujung tombak yang luar biasa dalam pembelajaran mendalam. Persoalan klasik guru seperti guru honorer dan kesejahteraan guru adalah persoalan nasional yang harus kita atasi di masa mendatang."

Kesimpulan: Menuju Pembelajaran yang Bermakna

Meaningful Learning

Integrasi yang Holistik

Deep Learning tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan:

  1. Taksonomi Bloom: Memberikan struktur hierarkis pembelajaran
  2. Taksonomi SOLO: Memberikan cara mengukur kualitas respons
  3. Depth of Knowledge: Memberikan dimensi kedalaman pada setiap level
  4. Praktik Pembelajaran: Mengintegrasikan dengan metode yang sudah ada

Prinsip-Prinsip KunciFleksibilitas: 

  1. Dapat diadaptasi dengan berbagai konteks
  2. Kedalaman: Tidak hanya luas tetapi juga mendalam
  3. Bermakna: Pembelajaran harus relevan dengan kehidupan siswa
  4. Reflektif: Siswa harus mampu merefleksikan pembelajarannya
  5. Transferable: Pengetahuan dapat ditransfer ke situasi baru

Visi ke Depan

Dengan memahami hubungan antara Deep Learning dan taksonomi pembelajaran, kita dapat:
  1. Merancang pembelajaran yang lebih efektif
  2. Mengukur kemajuan siswa dengan lebih akurat
  3. Mengintegrasikan berbagai pendekatan pembelajaran
  4. Memfasilitasi transfer knowledge yang bermakna
  5. Mengembangkan siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif

Penutup

Sebagaimana yang diungkapkan dalam bahasa Jawa: "witing tresno jalaran kulino" (cinta muncul karena kebiasaan), pemahaman mendalam tentang Deep Learning dan taksonomi pembelajaran akan tumbuh seiring dengan praktik dan refleksi yang berkelanjutan.

Framework Deep Learning Indonesia, dengan dukungan taksonomi yang kuat, menawarkan jalan menuju pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor siswa secara holistik. Dengan pendekatan yang fleksibel namun terstruktur, setiap guru dapat mengadaptasi dan mengimplementasikan Deep Learning sesuai dengan konteks dan kebutuhan lokal mereka.

Masa depan pendidikan Indonesia terletak pada kemampuan kita untuk mengintegrasikan wisdom of the past dengan innovation of the present, menciptakan pembelajaran yang truly meaningful, mindful, dan joyful bagi setiap anak Indonesia.
Artikel ini disusun berdasarkan diskusi mendalam Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. dalam video PM dalam Taksonomi Solo dan Bloom-Eps.3 di channel Suyanto.id

Referensi:Video: Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D.: PM dalam Taxonomi Solo dan Bloom-Eps.3 @Suyantoid
Taksonomi Bloom (Revisi) - Anderson & Krathwohl
Taksonomi SOLO - John Biggs & Kevin Collis
Depth of Knowledge - Norman Webb
New Pedagogies for Deep Learning - Michael Fullan
Structure of Observed Learning Outcomes - Biggs & Collis
Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS