Pembelajaran Mendalam dalam Taksonomi SOLO dan Bloom: Memahami Hubungan Teoritis dan Praktis Episod 3
Dalam perjalanan memahami Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam, salah satu pertanyaan fundamental yang muncul adalah: bagaimana pendekatan ini berkaitan dengan taksonomi pembelajaran yang sudah kita kenal? Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. dalam episode ketiga ini memberikan pencerahan mendalam tentang hubungan antara framework Deep Learning dengan dua taksonomi pembelajaran yang paling berpengaruh: Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO.
Mengapa Taksonomi Penting dalam Deep Learning?
Prof. Yuli menjelaskan bahwa dalam konteks pendidikan, taksonomi pembelajaran sangat beragam dan masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Namun, yang paling komprehensif adalah Taksonomi Bloom yang mencakup tiga domain:
- Domain Kognitif - Aspek intelektual
- Domain Afektif - Aspek emosional dan nilai
- Domain Psikomotor - Aspek keterampilan fisik
Relevansi dengan Deep Learning
- Memahami
- Mengaplikasikan
- Merefleksikan
Ketiga pengalaman belajar ini perlu ditempatkan dalam konteks taksonomi yang sudah teruji untuk memastikan implementasi yang efektif dan terukur.
Taksonomi Bloom: Fondasi Klasik Pembelajaran
Struktur Taksonomi Bloom (Revisi)
Taksonomi Bloom yang telah direvisi terdiri dari enam level kognitif:- Remember (Mengingat) - Mengingat informasi yang telah dipelajari
- Understand (Memahami) - Memahami makna dari informasi
- Apply (Menerapkan) - Menggunakan informasi dalam situasi baru
- Analyze (Menganalisis) - Memecah informasi menjadi bagian-bagian
- Evaluate (Mengevaluasi) - Membuat penilaian berdasarkan kriteria
- Create (Mencipta) - Menghasilkan produk baru atau original
Keunggulan Taksonomi BloomKomprehensif:
- Mencakup seluruh aspek pembelajaran
- Terstruktur: Hierarki yang jelas dari sederhana ke kompleks
- Teruji: Digunakan secara luas di seluruh dunia
- Fleksibel: Dapat diadaptasi untuk berbagai konteks pembelajaran
Taksonomi SOLO: Struktur Pembelajaran yang Teramati
Level-level dalam SOLO
1. Prestructural (Prastruktural)
- Siswa tidak memiliki pemahaman yang relevan
- Respons tidak tepat atau tidak ada
- Contoh: Ketika ditanya "Apa itu fotosintesis?" siswa tidak bisa menjawab atau menjawab dengan tidak tepat
2. Unistructural (Unistruktural)
- Siswa dapat mengidentifikasi satu aspek yang relevan
- Respons sederhana dan langsung
- Contoh: "Fotosintesis adalah proses yang terjadi pada tumbuhan"
3. Multistructural (Multistruktural)
- Siswa dapat mengidentifikasi beberapa aspek yang relevan
- Namun belum dapat mengaitkan antar aspek
- Contoh: "Fotosintesis melibatkan energi cahaya, menghasilkan oksigen, dan membutuhkan air"
4. Relational (Relasional)
- Siswa dapat mengaitkan beberapa aspek menjadi struktur yang koheren
- Pemahaman yang terintegrasi
- Contoh: Menjelaskan hubungan antara komponen fotosintesis dalam ekosistem
5. Extended Abstract (Abstrak Diperluas)
- Siswa dapat menggeneralisasi struktur ke konteks baru
- Pemikiran abstrak dan transfer knowledge
- Contoh: Mengaitkan fotosintesis dengan perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan
Integrasi Deep Learning dengan Taksonomi
Memahami: Dari Prestructural ke Relational
Contoh: Konsep Natrium dalam Kimia
Level Prestructural:
- Siswa tidak tahu apa itu natrium
- Atau memberikan jawaban yang tidak tepat
Level Unistructural:Siswa:
- "Natrium adalah unsur kimia dengan simbol Na"
- Sudah bisa mengingat (Remember dalam Bloom)
Level Multistructural:
- Siswa dapat menyebutkan beberapa fakta tentang natrium
- Namun belum bisa mengkaitkannya
Level Relational:
- Siswa dapat menjelaskan hubungan natrium dengan senyawa lain
- Memahami peran natrium dalam sistem biologis
Level Extended Abstract:
- Siswa dapat mengaitkan natrium dengan berbagai konteks
- Dari kimia dasar hingga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Mengaplikasikan: Extending Knowledge
Karakteristik Aplikasi dalam Deep Learning:
- Menghubungkan antar Ide: Kemampuan mengaitkan konsep dalam berbagai konteks
- Pembelajaran Multidisiplin: Tidak terbatas pada satu bidang ilmu
- Aplikasi Kontekstual: Menerapkan dalam situasi nyata
Prof. Yuli menekankan: "Semakin dalam kita akan bisa mengkaitkan ide-ide dalam berbagai konteks. Kalau bidangnya satu mungkin kurang kaya."
Merefleksikan: Extended Abstract dan Metacognition
- Kemampuan mengatur proses pembelajaran sendiri
- Metacognition: Berpikir tentang proses berpikir
- Transfer Knowledge: Menerapkan pembelajaran dalam konteks baru
Contoh Refleksi dalam Pembelajaran Fotosintesis:
Pertanyaan Reflektif:
- "Bagaimana proses fotosintesis berdampak pada ekosistem?"
- "Apa yang terjadi jika faktor-faktor fotosintesis berubah?"
- "Bagaimana fotosintesis berkaitan dengan perubahan iklim?"
Studi Kasus: Pembelajaran Akuarium
Prof. Yuli memberikan contoh nyata dari pengalamannya:"Anak-anak diminta membuat akuarium dengan kondisi yang membuat ikan mas tidak cepat mati. Hanya dengan stimulasi itu, mereka sampai membaca jurnal dan buku biologi dasar perkuliahan. Mereka bisa menentukan ukuran akuarium berdasarkan jenis ikan tanpa diajarkan secara eksplisit."
Mengapa Bukan Sintaks?
Perbedaan Sintaks dan Pengalaman Belajar
Prof. Yuli menjelaskan perbedaan penting antara sintaks (langkah-langkah pembelajaran) dan pengalaman belajar:Sintaks (Contoh: Problem-Based Learning)
- Orientasi masalah
- Organisasi siswa
- Investigasi individual/kelompok
- Presentasi hasil
- Evaluasi proses
Pengalaman Belajar Deep Learning
- Memahami - Bisa dalam berbagai aktivitas
- Mengaplikasikan - Bisa dalam berbagai metode
- Merefleksikan - Bisa dalam berbagai konteks
Fleksibilitas Implementation
Keunggulan Pendekatan Pengalaman Belajar:
- Tidak Kaku: Guru bebas memilih metode yang sesuai
- Adaptif: Dapat disesuaikan dengan konteks lokal
- Integratif: Dapat menggabungkan berbagai model pembelajaran
- Fokus pada Outcome: Yang penting adalah pengalaman belajar tercapai
Tantangan dalam Implementasi
1. Memastikan Pemahaman Sebelum Aplikasi
- Permasalahan Umum:Guru sering "loncat" ke aplikasi tanpa memastikan pemahaman
- Siswa melakukan project tanpa memahami konsep dasar
- Pembelajaran menjadi "meaningless"
- Double Check: Pastikan siswa benar-benar paham sebelum lanjut
- Scaffolding: Berikan dukungan bertahap
- Assessment Berkelanjutan: Evaluasi pemahaman secara terus-menerus
2. Menghindari "Cookbook Learning"
Karakteristik Cookbook Learning:
- Mengikuti langkah-langkah tanpa pemahaman
- Tidak bisa menjelaskan alasan di balik tindakan
- Tidak dapat mentransfer knowledge ke situasi baru
Strategi Menghindari:
- Selalu tanyakan "Mengapa?" bukan hanya "Bagaimana?"
- Kaitkan aktivitas dengan konsep teoretis
- Dorong siswa untuk menjelaskan alasan di balik tindakan mereka
3. Mengembangkan Kemampuan Refleksi
Tantangan:
- Siswa tidak terbiasa merefleksi
- Refleksi dianggap "tambahan" bukan bagian integral
- Kurangnya panduan untuk refleksi yang bermakna
Strategi Pengembangan:
- Berikan pertanyaan reflektif yang terstruktur
- Gunakan jurnal pembelajaran
- Fasilitasi diskusi reflektif
- Modelkan proses refleksi
Depth of Knowledge: Memperdalam Pemahaman
Level DOK dalam Memahami (C2)
- DOK Level 1: Pemahaman dasar dan literal
- DOK Level 2: Pemahaman yang melibatkan interpretasi
- DOK Level 3: Pemahaman yang memerlukan reasoning
Implementasi Praktis di Kelas
Model Pembelajaran yang Kompatibel
- Problem-Based Learning
- Project-Based Learning
- Inquiry-Based Learning
- Cooperative Learning
- Discovery Learning
Strategi Integrasi
Langkah 1: Analisis Sintaks
- Identifikasi langkah-langkah dalam model pembelajaran yang digunakan
- Petakan setiap langkah ke pengalaman belajar (Memahami/Mengaplikasikan/Merefleksikan)
Langkah 2: Identifikasi Gap
- Temukan bagian yang kurang atau hilang
- Tambahkan elemen yang diperlukan
Langkah 3: Strengthening
Pastikan setiap pengalaman belajar bermakna
Contoh Implementasi: Pembelajaran Ekosistem
Tradisional:
- Penjelasan konsep ekosistem
- Identifikasi komponen ekosistem
- Tugas membuat diagram ekosistem
- Evaluasi
Deep Learning Integration:
Memahami:
- Observasi ekosistem lokal
- Diskusi tentang interaksi dalam ekosistem
- Kaitkan dengan pengalaman sehari-hari
Mengaplikasikan:
- Analisis perubahan ekosistem
- Prediksi dampak perubahan lingkungan
- Desain solusi untuk masalah ekosistem
Merefleksikan:
- Evaluasi dampak aktivitas manusia terhadap ekosistem
- Refleksi tentang peran pribadi dalam menjaga lingkungan
- Transfer knowledge ke konteks global (perubahan iklim)
Pesan untuk Para Guru
Paradigma Baru dalam Mengajar
Prof. Yuli memberikan pesan penting untuk para guru:"Pembelajaran mendalam adalah sebuah usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa-siswa kita. Kita ingin siswa kita belajar memahami sebuah konsep secara mendalam, sehingga ketika dia paham dengan baik, maka dia bisa mengaplikasikan dalam berbagai konteks termasuk menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah."
Evaluasi Diri untuk Guru
Pertanyaan Reflektif:
Sudahkah saya memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pemahaman?
Bagaimana saya memfasilitasi refleksi yang bermakna?
Apakah pembelajaran yang saya lakukan sudah meaningful?
Pentingnya Kesejahteraan Guru
Prof. Suyanto juga menekankan aspek yang tidak kalah penting:"Guru adalah ujung tombak yang luar biasa dalam pembelajaran mendalam. Persoalan klasik guru seperti guru honorer dan kesejahteraan guru adalah persoalan nasional yang harus kita atasi di masa mendatang."
Kesimpulan: Menuju Pembelajaran yang Bermakna
Integrasi yang Holistik
Deep Learning tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan:
- Taksonomi Bloom: Memberikan struktur hierarkis pembelajaran
- Taksonomi SOLO: Memberikan cara mengukur kualitas respons
- Depth of Knowledge: Memberikan dimensi kedalaman pada setiap level
- Praktik Pembelajaran: Mengintegrasikan dengan metode yang sudah ada
Prinsip-Prinsip KunciFleksibilitas:
- Dapat diadaptasi dengan berbagai konteks
- Kedalaman: Tidak hanya luas tetapi juga mendalam
- Bermakna: Pembelajaran harus relevan dengan kehidupan siswa
- Reflektif: Siswa harus mampu merefleksikan pembelajarannya
- Transferable: Pengetahuan dapat ditransfer ke situasi baru
Visi ke Depan
- Merancang pembelajaran yang lebih efektif
- Mengukur kemajuan siswa dengan lebih akurat
- Mengintegrasikan berbagai pendekatan pembelajaran
- Memfasilitasi transfer knowledge yang bermakna
- Mengembangkan siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif