0
Home  ›  Pembelajaran Mendalam

Deep Learning Ada Sintaks? Membongkar Mitos dan Realitas Pengalaman Belajar

Deep Learning Ada Sintaks? Membongkar Mitos dan Realitas Pengalaman Belajar

Berdasarkan diskusi mendalam Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. - Episode 4

Learning Framework Structure

Pendahuluan

Salah satu pertanyaan paling fundamental yang mengemuka dalam diskusi tentang Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam adalah: "Apakah Deep Learning memiliki sintaks?" Pertanyaan ini muncul karena di tengah masyarakat pendidikan Indonesia, sudah terjadi perdebatan dan bahkan kebingungan mengenai hubungan antara pengalaman belajar dalam Deep Learning dengan sintaks pembelajaran yang selama ini dikenal.

Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. dalam episode keempat ini memberikan klarifikasi definitif yang sangat penting bagi para pendidik. Sebagaimana disampaikan Prof. Suyanto: "Di masyarakat sudah berdebat soal itu" - menunjukkan betapa urgentnya pembahasan ini untuk memberikan pemahaman yang benar kepada para guru dan praktisi pendidikan.

Definisi Pengalaman Belajar vs Sintaks

Constructivist Learning Framework

Apa itu Pengalaman Belajar?

Prof. Yuli dengan tegas mendefinisikan pengalaman belajar sebagai:

"Proses yang dialami peserta didik dalam pembelajaran, dari tahap memahami, kemudian mengaplikasikan, dan merefleksi."

Pengalaman belajar dalam Deep Learning terdiri dari tiga tahap fundamental:

  1. Memahami (Understanding)
  2. Mengaplikasikan (Applying)
  3. Merefleksikan (Reflecting)

Apa itu Sintaks?

Sintaks pembelajaran adalah langkah-langkah terstruktur dan berurutan dalam suatu model pembelajaran tertentu. Contoh sintaks yang umum dikenal:

  • Problem-Based Learning (PBL): Orientasi masalah → Organisasi siswa → Investigasi → Presentasi → Evaluasi
  • Project-Based Learning (PjBL): Penentuan pertanyaan mendasar → Desain rencana proyek → Menyusun jadwal → Monitoring → Menguji hasil → Evaluasi pengalaman
  • Inquiry Learning: Orientasi → Merumuskan masalah → Merumuskan hipotesis → Mengumpulkan data → Menguji hipotesis → Merumuskan kesimpulan

Perbedaan Fundamental: Pengalaman vs Sintaks

Inquiry Learning Syntax

Karakteristik Pengalaman Belajar Deep Learning

Prof. Yuli menekankan beberapa karakteristik kunci:

1. Fleksibilitas

  • Tidak kaku: Guru bebas memilih aktivitas apapun
  • Tidak berurutan mutlak: Bisa saja hanya berkesadaran, bermakna, atau menggembirakan
  • Adaptif: Disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan siswa

2. Prinsip-Based, Bukan Step-Based

  • Prinsip pembelajaran: Mindful, Meaningful, Joyful
  • Pengalaman belajar: Understanding, Applying, Reflecting
  • Bukan tahapan kaku: Bisa dikombinasikan dengan sintaks manapun

3. Konstruktivis

  • Menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya
  • Menstimulasi proses berpikir peserta didik
  • Memberikan kebebasan eksploratif dan kolaboratif

Karakteristik Sintaks Pembelajaran

  • Terstruktur: Langkah-langkah yang jelas dan berurutan
  • Spesifik: Setiap model memiliki ciri khas tersendiri
  • Prosedural: Mengikuti protokol yang sudah ditetapkan
  • Evaluative: Dapat dinilai ketercapaiannya secara konkret

Kerangka Pembelajaran Mendalam: Tiga Lapisan Pengalaman

Scaffolding Learning Process

1. Memahami: Fondasi Konstruktivis

Prof. Yuli menjelaskan bahwa tahap "Memahami" memiliki tiga komponen pengetahuan:

a. Pengetahuan Esensial

  • Konsep-konsep kunci yang terkait dengan topik
  • Informasi fundamental yang harus dikuasai
  • Dasar untuk pengembangan pemahaman lebih lanjut

b. Pengetahuan Aplikatif

  • Pengetahuan yang dapat diterapkan
  • Mengarah pada pembelajaran yang meaningful (bermakna)
  • Jembatan antara teori dan praktik

c. Pengetahuan Nilai dan Karakter

  • Mengembangkan olah pikir, olah hati, olah rasa
  • Pembentukan karakter dan nilai-nilai
  • Aspek afektif dalam pembelajaran

Proses Konstruktivis dalam Memahami

Karakteristik Kunci:

  • Mengaitkan Prior Knowledge: Menghubungkan pengetahuan baru dengan yang sudah ada
  • Stimulasi Berpikir: Memfasilitasi proses berpikir siswa dari tahu hingga paham
  • Kontekstual: Mengaitkan dengan kehidupan nyata dan sehari-hari
  • Eksploratif: Memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi
  • Kolaboratif: Mendorong kerja sama dan diskusi

2. Mengaplikasikan: Hands-On Experience

Tahap "Mengaplikasikan" memiliki karakteristik:

Pendalaman Pengetahuan

  • Setelah siswa memahami, mereka menerapkan pemahaman
  • Hands-on activities: Aktivitas praktis dan langsung
  • Konteks kehidupan: Aplikasi dalam situasi nyata yang dekat dengan siswa

Active Learning

  • Siswa tidak lagi pasif menerima informasi
  • Menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah
  • Menganalisis data dan informasi secara langsung

3. Merefleksikan: Regulasi Diri dan Metakognisi

Reflection Learning Process

Tahap "Merefleksikan" adalah yang paling menantang:

Regulasi Diri

  • Siswa mengatur proses pembelajaran sendiri
  • Menyadari apa yang sudah dipahami dan belum
  • Mengembangkan strategi belajar personal

Pembelajaran Mandiri

  • Kemampuan untuk belajar secara independen
  • Self-directed learning yang berkelanjutan
  • Pengembangan lifelong learning skills

Integrasi dengan Model Pembelajaran yang Ada

PBL Learning Steps

Bagaimana Mengintegrasikan dengan Sintaks yang Ada?

Prof. Yuli memberikan panduan praktis yang sangat berharga:

Langkah 1: Analisis Sintaks Existing

Ambil contoh Inquiry Learning:

  1. Orientasi → Tahap Memahami
  2. Identifikasi topik dan merumuskan masalah → Tahap Memahami
  3. Mengumpulkan data dan menganalisis → Tahap Mengaplikasikan
  4. Menarik kesimpulan dan komunikasi → Tahap Mengaplikasikan
  5. Refleksi dan aplikasi lanjut → Tahap Merefleksikan

Langkah 2: Identifikasi Gap

  • Apakah semua pengalaman belajar sudah tercakup?
  • Bagian mana yang masih kurang atau hilang?
  • Khususnya, apakah ada tahap refleksi?

Langkah 3: Penguatan dan Pelengkapan

  • Tambahkan aktivitas yang kurang
  • Perkuat aspek yang sudah ada
  • Pastikan ketiga pengalaman belajar terpenuhi

Contoh Praktis: Integrasi dengan PBL

Problem-Based Learning dapat diintegrasikan:

Tahap Memahami dalam PBL:

  • Orientasi masalah: Siswa memahami konteks masalah
  • Organisasi siswa: Pembentukan pemahaman kolektif
  • Pengetahuan aplikatif: Mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah

Tahap Mengaplikasikan dalam PBL:

  • Investigasi individual/kelompok: Hands-on data collection
  • Mengolah data: Analisis praktis dan langsung
  • Mencari solusi: Aplikasi nyata dari pemahaman

Tahap Merefleksikan dalam PBL:

  • Evaluasi proses: Refleksi tentang proses pembelajaran
  • Refleksi solusi: Mengevaluasi efektivitas solusi
  • Transfer knowledge: Mengaitkan dengan konteks lain

Contoh Konkret: Pembelajaran IPS

Prof. Yuli memberikan contoh praktis dalam mata pelajaran IPS dengan topik "Permasalahan Sosial":

Tahap Memahami

  • Eksplorasi pengalaman siswa: Menggali pengalaman pribadi siswa tentang masalah sosial
  • Analisis data kemiskinan: Memberikan data kemiskinan di Indonesia untuk dianalisis
  • Pengetahuan aplikatif: Siswa langsung mengetahui kaitan ilmu dengan realitas

Tahap Mengaplikasikan

  • Hands-on activities: Siswa benar-benar terlibat dalam penyelesaian masalah
  • Pengumpulan data lapangan: Observasi langsung di lingkungan sekitar
  • Analisis mendalam: Menggunakan alat analisis yang tepat

Tahap Merefleksikan

  • Evaluasi dampak: Menilai efektivitas solusi yang diusulkan
  • Regulasi diri: Menyadari proses pembelajaran yang telah dilalui
  • Transfer knowledge: Mengaitkan dengan permasalahan sosial lainnya

Fleksibilitas dalam Implementasi

Teaching Framework Models

Kebebasan Guru dalam Merancang

Prof. Yuli menegaskan:

"Bapak ibu guru boleh enggak membuat pokoknya pengalaman belajarnya memahami, saya membuat aktivitas sendiri? Silakan!"

Opsi untuk Guru:

  1. Menggunakan sintaks existing: Inquiry, PBL, PjBL, Discovery Learning
  2. Menciptakan aktivitas sendiri: Tanpa terikat model pembelajaran tertentu
  3. Kombinasi: Menggabungkan beberapa pendekatan

Yang Penting Dicapai:

  • Pengalaman memahami: Siswa benar-benar paham konsep
  • Pengalaman mengaplikasikan: Siswa dapat menerapkan pemahaman
  • Pengalaman merefleksikan: Siswa dapat melakukan regulasi diri

Prinsip Scaffolding

Scaffolding Education Process

Prof. Yuli menggunakan analogi yang sangat menarik:

"Bayangkan kita makan kue lapis yang berwarna-warni. Yang paling luar itu merupakan kerangkanya, ada lingkungan belajarnya, ada ekosistemnya, ada juga profil lulusan."

Karakteristik Scaffolding dalam Deep Learning:

  1. Bertahap: Tidak bisa langsung melompat ke aplikasi
  2. Berlapis: Seperti kue lapis dengan struktur yang jelas
  3. Mendukung: Setiap lapisan mendukung lapisan di atasnya
  4. Fleksibel: Dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa

Tantangan dan Solusi Implementasi

Tantangan Umum

1. Kepastian Pemahaman

Masalah: Guru sering "melompat" ke aplikasi tanpa memastikan siswa benar-benar paham.

Solusi:

  • Double check pemahaman sebelum lanjut ke tahap berikutnya
  • Gunakan assessment formatif berkelanjutan
  • Berikan waktu cukup untuk proses memahami

2. Mengembangkan Refleksi

Masalah: Banyak model pembelajaran tidak memiliki tahap refleksi yang memadai.

Solusi:

  • Tambahkan aktivitas refleksi di akhir pembelajaran
  • Gunakan pertanyaan reflektif yang mendalam
  • Fasilitasi diskusi metacognitive

3. Kebingungan Konsep

Masalah: Guru bingung membedakan pengalaman belajar dengan sintaks.

Solusi:

  • Pahami bahwa pengalaman belajar adalah outcome, sintaks adalah process
  • Fokus pada apa yang dialami siswa, bukan langkah-langkah guru
  • Gunakan panduan yang akan disediakan Kemendikbud

Strategi Implementasi Bertahap

Fase 1: Pemahaman Konsep

  • Pelajari kerangka Deep Learning
  • Pahami perbedaan pengalaman belajar vs sintaks
  • Analisis praktik pembelajaran yang sudah ada

Fase 2: Adaptasi dan Integrasi

  • Integrasikan dengan model pembelajaran yang sudah dikuasai
  • Identifikasi gap dalam praktik yang ada
  • Tambahkan elemen yang kurang

Fase 3: Inovasi dan Pengembangan

  • Ciptakan aktivitas pembelajaran sendiri
  • Kembangkan pendekatan yang sesuai konteks
  • Berbagi praktik baik dengan sesama guru

Panduan Praktis untuk Guru

Checklist Pengalaman Belajar

Memahami:

  • ☑️ Apakah siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan yang lama?
  • ☑️ Apakah siswa mendapat stimulasi berpikir yang memadai?
  • ☑️ Apakah pembelajaran dikaitkan dengan konteks nyata?
  • ☑️ Apakah siswa diberi kebebasan eksploratif?
  • ☑️ Apakah aspek nilai dan karakter terintegrasi?

Mengaplikasikan:

  • ☑️ Apakah siswa terlibat dalam aktivitas hands-on?
  • ☑️ Apakah aplikasi dilakukan dalam konteks kehidupan nyata?
  • ☑️ Apakah siswa menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah?
  • ☑️ Apakah ada pendalaman pemahaman melalui aplikasi?

Merefleksikan:

  • ☑️ Apakah siswa diajak merefleksikan proses pembelajaran?
  • ☑️ Apakah ada pengembangan regulasi diri?
  • ☑️ Apakah siswa dapat mengaitkan dengan konteks lain?
  • ☑️ Apakah ada pengembangan pembelajaran mandiri?

Pertanyaan Reflektif untuk Guru

  1. "Model pembelajaran apa yang saya gunakan sudah mencakup ketiga pengalaman belajar?"
  2. "Bagian mana yang masih kurang dan perlu diperkuat?"
  3. "Apakah siswa benar-benar mengalami pembelajaran yang bermakna?"
  4. "Bagaimana saya tahu siswa sudah siap ke tahap berikutnya?"

Antisipasi Kesalahan Umum

Kesalahan yang Harus Dihindari

1. Mengubah Pengalaman Belajar Menjadi Sintaks

  • ❌ Salah: "Langkah 1: Memahami, Langkah 2: Mengaplikasikan, Langkah 3: Merefleksikan"
  • ✅ Benar: "Dalam pembelajaran ini, siswa akan mengalami proses memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan melalui aktivitas X, Y, Z"

2. Melompati Tahap Memahami

  • ❌ Salah: Langsung ke proyek tanpa memastikan pemahaman konsep
  • ✅ Benar: Pastikan pemahaman solid sebelum aplikasi

3. Mengabaikan Refleksi

  • ❌ Salah: Pembelajaran berakhir setelah presentasi proyek
  • ✅ Benar: Tambahkan sesi refleksi mendalam setelah aplikasi

4. Kaku dalam Implementasi

  • ❌ Salah: "Harus menggunakan sintaks inquiry untuk Deep Learning"
  • ✅ Benar: "Sintaks apapun bisa digunakan selama mencapai pengalaman belajar"

Masa Depan Implementasi Deep Learning

Dukungan Sistemik

Prof. Yuli menjanjikan dukungan yang komprehensif:

  • Panduan lengkap: Akan disediakan panduan praktis implementasi
  • Sosialisasi mendalam: Pelatihan untuk guru dan kepala sekolah
  • Contoh konkret: Implementasi di berbagai mata pelajaran
  • Tahapan desain: Langkah-langkah merancang pembelajaran

Ekosistem Pembelajaran

Implementasi Deep Learning tidak hanya tentang sintaks atau pengalaman belajar, tetapi mencakup ekosistem pembelajaran yang holistik:

  1. Lingkungan belajar yang mendukung
  2. Profil lulusan yang jelas
  3. Kemitraan pembelajaran yang solid
  4. Prinsip pembelajaran yang konsisten

Kesimpulan: Fleksibilitas dalam Kejelasan

Constructivist Learning Environment

Jawaban Tegas: Deep Learning TIDAK Memiliki Sintaks

Prof. Yuli dan Prof. Suyanto memberikan jawaban yang sangat jelas:

Deep Learning tidak memiliki sintaks dalam pengertian tradisional. Yang ada adalah pengalaman belajar yang harus dialami siswa: memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan.

Prinsip-Prinsip Kunci

  1. Fleksibilitas Tinggi: Guru bebas memilih metode dan aktivitas
  2. Outcome-Focused: Fokus pada pengalaman yang dialami siswa
  3. Integrative: Dapat diintegrasikan dengan model pembelajaran manapun
  4. Constructivist: Berdasarkan prinsip konstruktivisme pembelajaran
  5. Scaffolded: Berlapis dan bertahap sesuai kebutuhan siswa

Pesan untuk Para Guru

"Yang penting adalah siswa mengalami proses memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan. Bagaimana caranya? Silakan guru kreatif dan inovatif sesuai konteks masing-masing."

Dengan pemahaman yang benar tentang hubungan antara pengalaman belajar dan sintaks, para guru dapat:

  • Mengurangi kebingungan tentang implementasi Deep Learning
  • Meningkatkan kreativitas dalam merancang pembelajaran
  • Mengoptimalkan potensi model pembelajaran yang sudah dikuasai
  • Mengembangkan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan kontekstual

Deep Learning bukan tentang menghafalkan sintaks baru, tetapi tentang memastikan siswa mengalami pembelajaran yang benar-benar mendalam, bermakna, dan transformatif. Dengan fleksibilitas yang diberikan, setiap guru dapat menjadi architect pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar yang optimal untuk setiap siswa Indonesia.


Artikel ini disusun berdasarkan diskusi mendalam Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. dalam video Deep Learning Ada Sintaks?Eps.4 di channel Suyanto.id

Referensi:

  • Video: Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D: Deep Learning Ada Sintaks?Eps.4 @Suyantoid
  • Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran
  • Model-Model Pembelajaran: Inquiry, PBL, PjBL, Discovery Learning
  • Scaffolding Theory in Education
  • Metacognitive Learning Strategies
Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS