0
Home  ›  Pembelajaran Mendalam

Kerangka Kerja Deep Learning: Panduan Lengkap Implementasi Pembelajaran Mendalam di Indonesia Episod 2

Prof. Yuli menjelaskan bahwa Framework Deep Learning Indonesia dikonstruksi dari berbagai landasan yang komprehensif:

Landasan Konstruksi Framework

  1. Landasan Filosofis - Berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan tujuan pendidikan nasional
  2. Landasan Pedagogis - Mengintegrasikan teori-teori pembelajaran terkini
  3. Landasan Sosiologis - Mempertimbangkan konteks sosial budaya Indonesia
  4. Landasan Teoretis - Merujuk pada penelitian dan praktik terbaik global
Framework ini terdiri dari tiga lingkaran konsentris yang saling berkaitan dan mendukung:

Lingkaran Pertama: Dimensi Profil Lulusan

Lingkaran terdalam berisi 8 Dimensi Profil Lulusan yang merupakan pengembangan dari Profil Pelajar Pancasila:

1. Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

  • Berasal dari tujuan pendidikan nasional
  • Menjadi fondasi spiritual dalam pembelajaran
  • Mengintegrasikan nilai-nilai religius dalam setiap aspek pendidikan

2. Kewarganegaraan

  • Mengembangkan identitas sebagai warga negara Indonesia
  • Memahami keberagaman global dengan tetap berpegang pada nilai-nilai lokal
  • Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

3. Penalaran Kritis

  • Bagian integral dari keterampilan abad 21
  • Kemampuan problem solving yang esensial
  • Dasar untuk pengembangan Deep Learning yang sesungguhnya

4. Kreativitas

  • Mengembangkan kemampuan inovatif
  • Mendorong pemikiran out-of-the-box
  • Memfasilitasi eksplorasi dan eksperimentasi

5. Kolaborasi

  • Adaptasi dari nilai gotong royong
  • Pengembangan keterampilan kerja sama
  • Pembelajaran melalui interaksi sosial

6. Kemandirian

  • Mengembangkan self-regulated learning
  • Mendorong tanggung jawab pribadi
  • Membangun karakter yang bertanggung jawab

7. Kesehatan

  • Tambahan sesuai amanat undang-undang sistem pendidikan nasional
  • Kesehatan fisik dan mental yang optimal
  • Fondasi untuk pembelajaran yang efektif

8. Komunikasi

  • Tambahan untuk menghadapi tantangan global
  • Kemampuan komunikasi dalam berbagai konteks
  • Persiapan untuk percaturan internasional

Prof. Yuli menekankan bahwa dua dimensi terakhir (kesehatan dan komunikasi) ditambahkan untuk mengakomodasi pendekatan "locally rooted, globally engaged" - berakar lokal namun terlibat global.

Lingkaran Kedua: Prinsip Pembelajaran Deep Learning


Lingkaran kedua mengandung tiga prinsip pembelajaran yang menjadi jantung Deep Learning:

1. Mindful (Berkesadaran)

Definisi: Siswa menyadari bahwa mereka sedang melakukan proses pembelajaran melalui stimulasi guru.

Implementasi dalam Pembelajaran:

Pembukaan Pembelajaran: Guru mengawali dengan pertanyaan reflektif
  • "Anak-anak, hari ini coba kalian pikirkan kenapa kita ada di sekolah?"
  • "Kira-kira sudah pada sarapan?" (membangun kesadaran kondisi fisik)
  • "Kamu ingat kan, di belakang sekolah ada apa?" (menghubungkan dengan lingkungan)
Selama Pembelajaran: Membangun kesadaran akan proses belajar yang sedang berlangsung
  • Menjelaskan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang dipahami siswa
  • Mengaitkan materi dengan pengalaman pribadi siswa
  • Memfasilitasi "aha moments" ketika siswa menemukan koneksi
Penutup Pembelajaran: Refleksi dan metacognition
  • "Tadi hari ini kita belajar apa?"
  • "Bagaimana cara kamu mengetahui pemahaman tersebut?"
  • "Apa yang kamu ketahui dan tidak ketahui?"

2. Meaningful (Bermakna)

Definisi: Pembelajaran yang dekat dengan kehidupan siswa dan dapat diterapkan dalam konteks nyata.

Contoh Implementasi dalam Kimia (Topik Koloid):

Pendekatan Tradisional:

  • Guru: "Koloid dibagi menjadi tiga jenis..."
  • Siswa menghafal tanpa memahami relevansi

Pendekatan Deep Learning:Guru: 

  • "Pernahkah kamu makan es krim?"
  • "Pernahkah kamu melihat air sungai yang tidak jernih?"
  • "Susu yang kamu minum setiap hari itu apa?"
  • Siswa menghubungkan pengalaman sehari-hari dengan konsep ilmiah

Strategi Meaningful Learning:

  • Cross the Border: Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa berpindah dari pengetahuan sehari-hari ke pengetahuan ilmiah
  • Kontekstualisasi: Mengaitkan konsep abstrak dengan fenomena konkret
  • Relevansi: Menunjukkan kegunaan pembelajaran dalam kehidupan nyata

3. Joyful (Menggembirakan)

Definisi: Kegembiraan yang muncul dari keterlibatan dan pencapaian dalam pembelajaran, bukan sekadar hiburan.

Karakteristik Joyful Learning:

  • Siswa merasa berkontribusi dalam proses diskusi
  • Siswa merasa tertantang dalam proses berpikir kritis
  • Siswa mengalami kepuasan ketika berhasil memecahkan masalah
  • Siswa engage secara aktif dalam pembelajaran

Bukan Joyful Learning:

  • Guru yang lucu-lucu membuat lelucon
  • Hiburan tanpa substansi pembelajaran
  • Kegembiraan superficial tanpa pencapaian akademik

Prof. Yuli menekankan: "Anak-anak bergembira karena merasa contribute, merasa berkontribusi terhadap proses-proses diskusi, proses pencarian, proses membandingkan. Ini yang jarang kita libatkan, sehingga anak akhirnya asing di dunianya sendiri."
Lingkaran Ketiga: Pengalaman Belajar Deep Learning


Lingkaran ketiga berisi tiga tahap pengalaman belajar yang bersifat hierarkis:

1. Memahami (Understanding)

Karakteristik:

  • Lebih dari sekadar menghafal (surface learning)
  • Pemahaman konseptual yang mendalam
  • Mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada

Komponen Pengetahuan:

  • Pengetahuan Esensial: Konsep-konsep kunci yang harus dikuasai
  • Pengetahuan Aplikatif: Pengetahuan yang dapat diterapkan
  • Pengetahuan Nilai dan Karakter: Aspek moral dan etika

Hubungan dengan Taksonomi:Taksonomi Bloom: 

  • Mengingat dan Memahami
  • Taksonomi SOLO: Unistruktural dan Multistruktural

2. Mengaplikasikan (Applying)

Definisi: Extending knowledge - memperluas pengetahuan dengan mengaplikasikan pemahaman yang sudah ada.

Karakteristik:
  • Menghubungkan antar ide dalam berbagai konteks
  • Pembelajaran multidisiplin
  • Aplikasi dalam situasi nyata

Pentingnya Multidisiplin: Prof. Yuli menjelaskan: "Semakin dalam kita akan bisa mengkaitkan ide-ide dalam berbagai konteks. Kalau bidangnya satu mungkin kurang kaya."

3. Merefleksi (Reflecting)

Definisi: Regulasi diri melalui proses metacognitive.

Komponen Refleksi:

  • Self-Awareness: Siswa tahu bagaimana proses memperoleh pengetahuannya
  • Self-Regulation: Siswa dapat mengatur proses belajarnya sendiri
  • Future Planning: Siswa dapat merencanakan pembelajaran selanjutnya

Manfaat untuk Guru:

  • Memperoleh informasi untuk pembelajaran selanjutnya
  • Feedback loop untuk perbaikan proses mengajar
  • Pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan siswa

Peran Guru dalam Deep Learning: Dari Teacher-Centered ke Student-Centered


Transformasi Paradigma Guru

Prof. Yuli menekankan pentingnya growth mindset dalam transformasi peran guru:

Dari Control ke Facilitation:

  • Sebelumnya: Guru sebagai "hard control" yang mengontrol kelas
  • Deep Learning: Guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran

Comfort Zone Challenge:

  • Guru harus keluar dari comfort zone mengajar tradisional
  • Siswa juga harus keluar dari comfort zone pasif mendengarkan
  • Proses ini pada awalnya "tidak nyaman" tetapi perlu untuk pertumbuhan

Tiga Peran Guru dalam Deep Learning

  1. Culture Builder - Menciptakan budaya belajar di kelas
  2. Facilitator - Memfasilitasi proses pembelajaran siswa
  3. Motivator - Mendorong dan menginspirasi siswa

Pendekatan Bottom-Up

Karakteristik Bottom-Up Approach:

  • Guru memberikan informasi tentang apa yang sudah dilakukan di kelas
  • Refleksi tentang implementasi Deep Learning di konteks masing-masing
  • Pembelajaran mendalam yang bervariasi sesuai konteks guru
  • Fleksibilitas dalam penerapan sesuai kebutuhan lokal

Contoh Variasi Implementasi:Problem-Based Learning: 

  • Siswa sudah terstimulasi dan bisa mengaplikasikan pengetahuan
  • Debat dan Diskusi: Variasi metode sesuai karakteristik siswa
  • Project-Based Learning: Dengan pendekatan meaningful yang sesungguhnya

Kerangka Pembelajaran Deep Learning

Framework Deep Learning tidak hanya terdiri dari tiga lingkaran, tetapi juga mencakup empat elemen kerangka pembelajaran:

1. Praktik Pedagogis

  • Komponen:Metode Pembelajaran: Berbagai strategi dan teknik mengajar
  • Assessment: Penilaian yang mendukung Deep Learning
  • Apersepsi: Pembukaan pembelajaran yang bermakna
  • Constructive Alignment: Keselarasan antara tujuan, metode, dan assessment

2. Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan Fisik:
  • Station Learning: Berbagai pos pembelajaran dengan fungsi berbeda
  • Fleksibilitas Ruang: Mengakomodasi berbagai aktivitas pembelajaran
  • Sumber Belajar: Akses ke berbagai media dan alat pembelajaran

Lingkungan Non-Fisik:
  • Kebebasan Belajar: Siswa memiliki otonomi dalam pembelajaran
  • Participative Learning: Keterlibatan aktif siswa
  • Psychological Safety: Siswa merasa nyaman dan aman secara psikologis

3. Kemitraan Pembelajaran

  • Komponen Kemitraan:Guru-Siswa: Hubungan yang saling menghormati dan mendukung
  • Sekolah-Orang Tua: Keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran
  • Sekolah-Komunitas: Pembelajaran yang melibatkan masyarakat sekitar
  • Antar Siswa: Pembelajaran kolaboratif dan peer learning

4. Penggunaan Digital

Peran Teknologi:
  • Personalized Learning: Pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individual
  • Deeper Learning: Teknologi sebagai alat untuk memperdalam pembelajaran
  • Digital Literacy: Kemampuan menggunakan teknologi secara efektif
  • Balanced Approach: Keseimbangan antara digital dan hands-on activities

Integrasi dengan Model Pembelajaran yang Ada
Prof. Yuli menegaskan bahwa Deep Learning tidak menggantikan model pembelajaran yang sudah ada, tetapi mengintegrasikan dan memperkuat pendekatan yang sudah terbukti efektif:

Model Pembelajaran yang Dapat DiintegrasikanDiscovery Learning

  • Inquiry-Based Learning
  • Problem-Based Learning
  • Project-Based Learning
  • Cooperative Learning
  • STEAM/STEM Approach

Prinsip Integrasi

Bukan Nama, Tetapi Prinsip: Prof. Yuli menjelaskan: "Kita tidak menyebut ini sebagai sintaks, tapi bentuknya silakan apa saja. Yang penting tahapannya dilalui: siswa paham, siswa aplikasi, siswa refleksi."

Fokus pada Outcome:

  • Apakah pembelajaran sudah mindful, meaningful, dan joyful?
  • Apakah siswa sudah memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi?
  • Apakah dimensi profil lulusan sudah tercapai?

Validasi dan Implementasi Framework

Proses Validasi

  • Framework Deep Learning Indonesia sedang dalam proses validasi melalui:
  • Grounded Theory Approach: Menghubungkan teori dengan praktik lapangan
  • Existing Conditions Analysis: Menganalisis kondisi yang sudah ada
  • Contextual Validation: Memvalidasi dalam konteks keberagaman Indonesia
  • Field Testing: Uji coba di berbagai sekolah dan daerah

Tahapan Implementasi

Fase 1: Sosialisasi dan Pemahaman
  • Penyebarluasan naskah akademik
  • Pelatihan guru dan kepala sekolah
  • Workshop untuk dinas pendidikan
Fase 2: Pilot Implementation
  • Implementasi di sekolah piloting
  • Monitoring dan evaluasi
  • Refinement framework
Fase 3: Scale-Up
  • Implementasi nasional bertahap
  • Continuous improvement
  • Sharing best practices

Tantangan dan Solusi

Tantangan Utama

  1. Mindset Transformation: Mengubah pola pikir guru dan siswa
  2. Comfort Zone: Keluar dari zona nyaman pembelajaran tradisional
  3. Resource Constraints: Keterbatasan sumber daya dan fasilitas
  4. Digital Divide: Kesenjangan akses teknologi
  5. Cultural Adaptation: Menyesuaikan dengan keberagaman budaya Indonesia

Solusi Strategis

  1. Continuous Professional Development: Pelatihan berkelanjutan untuk guru
  2. Peer Learning Networks: Jaringan pembelajaran antar guru
  3. Flexible Implementation: Implementasi yang fleksibel sesuai konteks
  4. Gradual Transformation: Perubahan bertahap, tidak radikal
  5. Community Support: Dukungan komunitas dan stakeholder

Masa Depan Deep Learning Indonesia

Kolaborasi Internasional

Framework Indonesia akan terus diperkaya melalui kolaborasi dengan:
  • Michael Fullan: Sebagai pioneer Deep Learning global
  • Global Learning Networks: Jaringan pembelajaran internasional
  • Research Communities: Komunitas riset pendidikan global

Komitmen Berkelanjutan

Prof. Suyanto menegaskan komitmen untuk:
  • Public Sharing: Membagikan naskah akademik secara publik
  • Continuous Development: Pengembangan berkelanjutan
  • Community Engagement: Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan

Kesimpulan

Framework Deep Learning Indonesia menawarkan pendekatan komprehensif untuk transformasi pendidikan dengan karakteristik:

Keunggulan Framework

  • Locally Rooted, Globally Engaged: Berakar pada nilai-nilai Indonesia namun terhubung dengan standar global
  • Holistic Approach: Mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
  • Flexible Implementation: Dapat diadaptasi sesuai konteks lokal
  • Evidence-Based: Berdasarkan penelitian dan praktik terbaik
  • Sustainable: Berkelanjutan dan dapat dikembangkan terus

Dampak yang Diharapkan

  • Siswa: Pembelajaran yang lebih bermakna, menyenangkan, dan efektif
  • Guru: Transformasi peran menjadi fasilitator pembelajaran yang profesional
  • Sekolah: Budaya belajar yang mendukung pencapaian optimal
  • Masyarakat: Lulusan yang siap menghadapi tantangan abad 21

Framework Deep Learning Indonesia bukan sekadar perubahan metodologi, tetapi transformasi paradigma pendidikan menuju pembelajaran yang benar-benar memuliakan potensi setiap anak Indonesia. Dengan prinsip mindful, meaningful, dan joyful, setiap siswa akan mengalami pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual, tetapi juga karakter, kreativitas, dan kemampuan berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa.
Artikel ini disusun berdasarkan diskusi mendalam Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. dalam video Kerangka Kerja Deep Learning Eps.2 di channel Suyanto.id
Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS