Memahami Deep Learning dalam Pendidikan: Revolusi Pembelajaran Mendalam di Indonesia Episod 1
Deep Learning atau pembelajaran mendalam tengah menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan Indonesia. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) sedang menggarap pendekatan pembelajaran ini sebagai strategi nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, banyak yang masih bingung: apakah Deep Learning yang dimaksud sama dengan teknologi artificial intelligence yang kita kenal?
Akar Historis Deep Learning
Konsep Deep Learning dalam pendidikan pertama kali muncul pada tahun 1970 ketika Merten memperkenalkan dikotomi antara Surface Learning dan Deep Learning. Istilah ini jauh mendahului perkembangan teknologi AI yang baru berkembang signifikan di era modern.
"Sebenarnya Deep Learning dalam pendidikan sudah ada sejak 1970, jauh sebelum AI berkembang pesat. Yang kita gunakan bukan dalam konteks AI, tapi bagaimana proses berpikir peserta didik dalam memahami sebuah konsep," jelas Prof. Yuli.
Perkembangan Teoritis
Teori pembelajaran yang paling signifikan mendukung Deep Learning muncul pada tahun 1990 dengan berkembangnya teori konstruktivisme. Teori ini kemudian diperkuat oleh berbagai model pembelajaran seperti:
- Cooperative Learning
- Social Learning
- Model-model Inquiry
- Collaborative Inquiry
Definisi Deep Learning dalam Konteks Pendidikan Indonesia

Tim yang dipimpin Prof. Suyanto telah merumuskan definisi Deep Learning yang disesuaikan dengan konteks Indonesia:
Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) dengan mengembangkan olah pikir (aspek intelektual), olah hati (aspek etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.
Tiga Prinsip Utama Deep Learning
Mindful (Berkesadaran)
- Siswa sadar bahwa mereka sedang mempelajari sesuatu
- Kesadaran akan proses pembelajaran yang sedang berlangsung
- Pemahaman tentang tujuan dan manfaat pembelajaran
Meaningful (Bermakna)
- Pembelajaran yang dekat dengan kehidupan siswa
- Koneksi antara materi pelajaran dengan dunia nyata
- Kemampuan mentransfer hasil belajar ke kehidupan sehari-hari
Joyful (Menggembirakan)
- Bukan sekadar hiburan atau lelucon
- Kegembiraan dari pencapaian dan pemahaman
- Engagement dan achievement yang memberikan kepuasan
Pembelajaran Kolaboratif: Jantung Deep Learning

Salah satu aspek kunci Deep Learning adalah collaborative inquiry (penyelidikan kolaboratif). Prof. Yuli menjelaskan bahwa pendekatan ini sangat penting karena:Menciptakan pembelajaran yang kontekstual
- Mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi
- Memfasilitasi pertukaran ide dan perspektif
- Mengajarkan siswa untuk bekerja dalam tim
Contoh Implementasi dalam Pembelajaran Kimia
Prof. Yuli memberikan contoh konkret implementasi Deep Learning dalam mata pelajaran kimia:Topik: Koloid
Pendekatan Tradisional:
- Guru menjelaskan: "Koloid dibagi menjadi tiga..."
- Siswa menghafal sifat-sifat koloid
- Pembelajaran bersifat abstrak
Pendekatan Deep Learning:
- Dimulai dengan pertanyaan: "Pernahkah kamu makan es krim?"
- "Pernahkah kamu melihat air sungai yang tidak jernih?"
- "Susu yang kamu minum setiap hari itu apa?"
- Siswa menghubungkan konsep koloid dengan pengalaman sehari-hari
- Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa "cross the border" dari pengetahuan sehari-hari ke pengetahuan ilmiah
Studi Kasus: Implementasi Deep Learning di Norwegia

Norwegia menjadi salah satu negara pionir yang mengimplementasikan Deep Learning sejak 2017. Prof. Yuli menjelaskan bagaimana Norwegia mengadaptasi framework Michael Fullan:
Prinsip Kurikulum Norwegia
- Identitas Nasional - Mengembangkan kebanggaan sebagai warga Norwegia
- Etika dan Nilai - Penekanan pada pengembangan karakter
- Critical Thinking - Kemampuan berpikir kritis
- Engagement - Keterlibatan aktif dalam pembelajaran
- Joyful Learning - Pembelajaran yang menyenangkan
- Respect for Environment - Penghargaan terhadap lingkungan
Adaptasi untuk Konteks Indonesia
"Kami tidak mencontek sistem Norwegia, tapi mengadaptasikan sesuai dengan konteks budaya Indonesia," tegas Prof. Yuli. Tim mengembangkan framework yang menggabungkan:
- Nilai-nilai Pancasila
- Kearifan lokal Indonesia
- Prinsip-prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara
- Framework global Michael Fullan
Profil Lulusan Deep Learning Indonesia
Indonesia telah merumuskan 8 Dimensi Profil Lulusan yang merupakan pengembangan dari Profil Pelajar Pancasila:
- Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Kewarganegaraan yang bertanggung jawab
- Penalaran Kritis untuk problem solving
- Kreativitas dalam berkarya dan berinovasi
- Kolaborasi (dikembangkan dari gotong royong)
- Kemandirian dalam belajar dan berkarya
- Kesehatan fisik dan mental
- Komunikasi untuk era global
Tantangan Implementasi Deep Learning

1. Surface Learning vs Deep Learning
Prof. Yuli menekankan bahwa Deep Learning tidak mengeliminasi Surface Learning. Keduanya harus berjalan seimbang:Surface Learning:
- Menghafal fakta dasar (Na = Natrium)
- Perkalian dasar dalam matematika
- Fondasi pengetahuan yang diperlukan
Deep Learning:
- Pemahaman konsep yang mendalam
- Aplikasi dalam konteks nyata
- Refleksi dan metakognisi
2. Proses Pembelajaran Bertahap
Pengalaman belajar dalam Deep Learning mengikuti siklus:- Memahami - Siswa memahami konsep dasar
- Mengaplikasikan - Menerapkan konsep dalam konteks nyata
- Merefleksi - Melakukan evaluasi dan refleksi metacognitive
3. Tantangan Refleksi dan Metakognisi
"Refleksi dan metakognisi adalah bagian yang paling menantang dalam Deep Learning," ungkap Prof. Yuli. Proses ini melibatkan:- Regulasi Metakognitif - Siswa menyadari apa yang mereka ketahui dan tidak ketahui
- Feedback Loop - Hasil refleksi menjadi input untuk pembelajaran selanjutnya
- Action Research Mental - Siklus berpikir yang terus berputar untuk perbaikan
Deep Learning Bukan Pengganti Kurikulum

Prof. Suyanto menegaskan bahwa Deep Learning bukan barang baru dan bukan pengganti kurikulum. Ini adalah:
Reempowering Pendekatan Pembelajaran
- Menguatkan kembali metode pembelajaran yang sudah terbukti efektif
- Mengintegrasikan berbagai pendekatan pembelajaran terbaik
- Memperkaya proses pembelajaran yang sudah ada
Infuse to Curriculum
Deep Learning menggunakan pendekatan "infuse to curriculum" yang berarti:- Tidak mengubah struktur kurikulum yang ada
- Memperkaya proses pembelajaran dalam kurikulum
- Meningkatkan kualitas implementasi kurikulum
Simplifikasi dan Konsep Esensial
Key Essential Concepts
Salah satu prinsip penting Deep Learning adalah fokus pada konsep esensial:- Mengidentifikasi materi yang benar-benar penting
- Mengurangi beban kognitif siswa
- Memberikan waktu lebih untuk pembelajaran mendalam
Refleksi untuk Guru
Prof. Yuli mengajak guru untuk merefleksi:- "Apakah Project Based Learning yang saya lakukan sudah meaningful?"
- "Apakah siswa benar-benar memahami atau hanya sekadar tahu?"
- "Sudahkah pembelajaran yang saya berikan joyful dan bermakna?"
Masa Depan Deep Learning di Indonesia

Deep Learning di Indonesia akan terus berkembang melalui:
1. Pelatihan dan Pengembangan GuruWorkshop dan pelatihan intensif
- Pengembangan modul pembelajaran
- Pembentukan komunitas praktisi
2. Penelitian dan PublikasiPenulisan buku dan artikel
- Penelitian tindakan kelas
- Sharing best practices
3. Adaptasi Budaya LokalIntegrasi dengan nilai-nilai Indonesia
- Pengembangan model yang sesuai konteks
- Penghargaan terhadap kearifan lokal
Kesimpulan
Deep Learning dalam pendidikan Indonesia bukan sekadar trend atau mode pembelajaran baru. Ini adalah pendekatan komprehensif yang menggabungkan:
- Wisdom of the past - Nilai-nilai dan prinsip pendidikan yang sudah terbukti
- Innovation of the present - Penelitian dan praktik terbaik kontemporer
- Vision for the future - Persiapan siswa untuk tantangan masa depan
Dengan tiga prinsip utama Mindful, Meaningful, dan Joyful, Deep Learning berpotensi mengubah wajah pendidikan Indonesia menjadi lebih berkualitas, bermakna, dan menyenangkan.
Sebagaimana ditegaskan Prof. Suyanto dan Prof. Yuli, implementasi Deep Learning memerlukan komitmen semua pihak - guru, siswa, orang tua, dan pembuat kebijakan - untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang mendukung pengembangan potensi setiap anak Indonesia secara optimal.
Artikel ini disusun berdasarkan diskusi mendalam Prof. Suyanto, Ph.D. dan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D. dalam video Memahami Deep Learning Eps.1 di channel Suyanto.id