0
Home  ›  Pembelajaran Mendalam

Asesmen pada Deep Learning: Paradigma Baru dalam Penilaian Pembelajaran Episod 7

Asesmen pada Deep Learning: Paradigma Baru dalam Penilaian Pembelajaran

Asesmen Deep Learning

Sistem asesmen dalam Deep Learning memerlukan pendekatan yang lebih holistik dan bermakna

Pendahuluan

Dalam implementasi Deep Learning atau pembelajaran mendalam, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pendidik adalah sistem asesmen. Melalui diskusi mendalam dengan Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D., Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Kedutaan Besar RI Canberra Australia, kita dapat memahami bagaimana paradigma asesmen harus berubah untuk mendukung pembelajaran yang lebih bermakna.

Prof. Yuli menekankan bahwa asesmen dalam Deep Learning tidak dapat dilakukan hanya dengan pendekatan kuantitatif semata, melainkan memerlukan pendekatan yang lebih holistik dan berfokus pada umpan balik atau feedback yang konstruktif.

Tiga Prinsip Asesmen dalam Deep Learning

Formative vs Summative Assessment

Prof. Yuli menjelaskan bahwa dalam Deep Learning, terdapat tiga prinsip utama asesmen yang harus dipahami:

1. Assessment AS Learning (Asesmen sebagai Pembelajaran)

Ini adalah jenis asesmen yang paling jarang dilakukan namun sangat penting. Assessment as Learning fokus pada:

  • Refleksi Proses Pembelajaran: Siswa melakukan evaluasi terhadap proses belajar mereka sendiri
  • Self-Assessment: Siswa menilai pencapaian mereka terhadap tujuan pembelajaran
  • Jurnal Reflektif: Dokumentasi perjalanan belajar siswa
  • Peer Assessment: Penilaian antar sesama siswa

Self Assessment

Contoh Implementasi: Prof. Yuli memberikan contoh praktis: "Siswa diberikan daftar tujuan pembelajaran, kemudian mereka melakukan checklist sendiri. Misalnya, dari empat tujuan pembelajaran, mereka bisa merefleksikan: 'Saya hanya bisa memahami konsep ini, dan menjelaskan itu. Jadi hanya satu atau dua aspek yang saya pahami dengan baik.'"

2. Assessment FOR Learning (Asesmen untuk Pembelajaran)

Ini adalah asesmen yang lebih bersifat formatif, di mana guru memiliki peran yang lebih dominan:

  • Feedback untuk Siswa: Memberikan umpan balik konstruktif kepada siswa
  • Feedback untuk Guru: Memberikan informasi kepada guru tentang efektivitas pengajaran
  • Perbaikan Proses: Fokus pada perbaikan proses pembelajaran yang sedang berlangsung

Classroom Assessment Techniques

Tantangan dalam Implementasi: Prof. Yuli menjelaskan bahwa tantangan utama adalah perubahan mindset: "Anak-anak kita biasa kalau ada asesmen, ya harus dinilai. Jadi mereka driven terhadap scoring. Padahal feedback secara teori berdampak signifikan terhadap bagaimana siswa belajar dan mencapai pembelajarannya."

3. Assessment OF Learning (Asesmen dari Pembelajaran)

Ini adalah jenis asesmen yang sudah biasa dilakukan guru, berupa:

  • Penilaian Sumatif: Tes, ujian, dan evaluasi akhir
  • Penilaian Proyek: Penilaian berbasis project-based learning
  • Portofolio: Kumpulan hasil karya siswa
  • Penilaian Kinerja: Evaluasi terhadap performance siswa

Diagnostic Assessment

Classroom Assessment Techniques (CATs)

Prof. Yuli memperkenalkan konsep Classroom Assessment Techniques yang dapat digunakan untuk mendukung asesmen dalam Deep Learning. CATs memiliki tiga kategori utama:

1. Knowledge and Skills Assessment

  • Mengecek pengetahuan dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran
  • Teknik: Memory Matrix, One Minute Paper, dan lain-lain

2. Reaction to Instructions

  • Mengetahui respons siswa terhadap cara guru mengajar
  • Membantu guru memperbaiki metode pengajaran

3. Attitude and Values

  • Mengecek sikap dan nilai-nilai yang berkembang pada siswa
  • Mengukur aspek karakter dan nilai

Memory Matrix Example

Contoh Praktis: Memory Matrix

Prof. Yuli memberikan contoh konkret Memory Matrix dalam pembelajaran seni:

Skenario: Guru telah mengajarkan tentang gaya seni di tiga negara: Prancis, Amerika Serikat, dan Inggris.

Implementasi Memory Matrix:

  • Siswa diminta mengisi matriks dengan gaya seni (impressionis, dll.) di negara-negara tersebut
  • Dapat menggunakan tools digital seperti Mentimeter
  • Tidak perlu diberi nilai - langsung memberikan feedback
  • Guru dapat langsung mengetahui: "Oh, anak-anak ternyata belum paham"

Teknik One Minute Paper

One Minute Paper

Prof. Yuli juga menjelaskan teknik One Minute Paper yang sangat efektif:

Pertanyaan Kunci:

  1. "Apa yang paling kamu pelajari hari ini?"
  2. "Apa pertanyaan paling penting yang menurut kamu tidak bisa kamu jawab?"

Tujuan One Minute Paper:

  • Mengecek kemampuan siswa untuk sintesis ide
  • Melihat bagaimana siswa berpikir secara holistik
  • Mengukur attention span siswa dalam pembelajaran
  • Mengembangkan Higher Order Thinking Skills

Diagnostic Questions: Pendekatan Seperti Dokter

Diagnostic Questions

Prof. Yuli menggunakan analogi menarik tentang diagnostic questions:

"Kita seperti dokter. Ketika pasien bilang pusing, kita tidak bisa langsung kasih Panadol. Bisa jadi pusingnya karena sebab lain. Artinya, kita harus bisa menyasar dengan tepat."

Keterampilan Diagnostic Questions:

  • Mengajukan pertanyaan yang tepat sasaran
  • Menggali akar masalah pembelajaran siswa
  • Mengidentifikasi kesulitan spesifik siswa
  • Memberikan solusi yang tepat

Tantangan untuk Guru:

  • Mengembangkan kemampuan mengajukan pertanyaan diagnostik
  • Memanfaatkan pengalaman mengajar untuk membaca situasi siswa
  • Mengidentifikasi titik-titik kesulitan siswa berdasarkan observasi

Perubahan Mindset dalam Asesmen

Assessment Feedback

Dari Scoring ke Feedback

Prof. Yuli menekankan perlunya perubahan mindset dari orientasi scoring ke orientasi feedback:

Masalah Saat Ini:

  • Siswa belajar untuk dites
  • Setelah tes, proses pembelajaran berhenti
  • Tidak ada follow-up untuk perbaikan
  • Terlalu fokus pada nilai numerik

Solusi yang Diajukan:

  • Memberikan feedback yang konstruktif
  • Melakukan asesmen berkelanjutan
  • Fokus pada proses pembelajaran
  • Menggunakan asesmen sebagai alat perbaikan

Menciptakan Lingkungan Pembelajaran yang Aman

Prof. Yuli menekankan pentingnya lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman:

"Dalam Deep Learning, kita menekankan tentang lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, termasuk juga budaya belajar. Siswa harus merasa nyaman untuk menyatakan bahwa mereka tidak mengerti."

Strategi Menciptakan Lingkungan Aman:

  • Menjelaskan tujuan asesmen kepada siswa
  • Menekankan bahwa tidak semua asesmen masuk nilai
  • Mendorong siswa untuk jujur tentang pemahaman mereka
  • Menciptakan budaya belajar yang mendukung

Tantangan dan Solusi dalam Implementasi

Tantangan Utama

  1. Keterbatasan Waktu: Guru merasa tidak memiliki waktu untuk melakukan asesmen yang komprehensif
  2. Mindset Siswa: Siswa masih terfokus pada nilai daripada proses belajar
  3. Keterampilan Guru: Tidak semua guru memiliki keterampilan untuk melakukan asesmen alternatif
  4. Sistem Sekolah: Sistem sekolah yang masih mengutamakan nilai numerik

Solusi yang Direkomendasikan

Authentic Assessment

  1. Pelatihan Guru: Mengembangkan kemampuan guru dalam teknik asesmen alternatif
  2. Perubahan Kultur Sekolah: Mengubah budaya sekolah dari orientasi nilai ke orientasi proses
  3. Komunikasi yang Jelas: Menjelaskan kepada siswa tujuan setiap jenis asesmen
  4. Implementasi Bertahap: Memulai dengan teknik-teknik sederhana seperti One Minute Paper

Peran Teknologi dalam Asesmen Deep Learning

Digital Assessment Tools

Prof. Yuli juga menyinggung peran teknologi dalam mendukung asesmen:

Tools Digital yang Dapat Digunakan:

  • Mentimeter: Untuk polling dan feedback instan
  • Google Forms: Untuk self-assessment dan refleksi
  • Padlet: Untuk peer assessment dan sharing
  • Kahoot: Untuk review dan diagnostic assessment

Keuntungan Teknologi:

  • Feedback lebih cepat dan efisien
  • Data yang lebih mudah dianalisis
  • Engagement siswa yang lebih tinggi
  • Dokumentasi yang lebih baik

Refleksi dari Pengalaman Masa Lalu

Prof. Yuli berbagi pengalaman menarik tentang perubahan sistem penilaian:

"Zaman saya, ketika Bu Yuli belum lahir, ada yang namanya 'Sabak' - tablet batu tulis. Kalau benar, dikasih 10. Lalu dicapkan ke pipi, dibanggakan sampai jalan ke rumah. Jangan sampai terhapus karena kita punya nilai 10."

Refleksi Penting:

  • Orientasi pada nilai sudah mengakar dalam budaya pendidikan
  • Perlu upaya sistematis untuk mengubah mindset
  • Pentingnya menghargai proses pembelajaran, bukan hanya hasil
  • Kebanggaan seharusnya pada pemahaman, bukan hanya angka

Implementasi Praktis di Kelas

Classroom Assessment Implementation

Langkah-langkah Implementasi

1. Tahap Persiapan:

  • Menentukan tujuan pembelajaran yang jelas
  • Memilih teknik asesmen yang sesuai
  • Menyiapkan instrumen asesmen

2. Tahap Pelaksanaan:

  • Menjelaskan tujuan asesmen kepada siswa
  • Melakukan asesmen sesuai dengan teknik yang dipilih
  • Memberikan feedback yang konstruktif

3. Tahap Evaluasi:

  • Menganalisis hasil asesmen
  • Merencanakan tindak lanjut
  • Memperbaiki proses pembelajaran

Contoh Skenario Pembelajaran

Mata Pelajaran: Sains - Topik Fotosintesis

Assessment AS Learning:

  • Siswa melakukan self-assessment: "Sejauh mana saya memahami proses fotosintesis?"
  • Jurnal reflektif: "Apa yang masih membingungkan saya tentang fotosintesis?"

Assessment FOR Learning:

  • Memory Matrix: Mengisi tabel komponen fotosintesis
  • One Minute Paper: "Jelaskan fotosintesis dalam satu menit"
  • Diagnostic Questions: "Mengapa daun berubah warna di musim gugur?"

Assessment OF Learning:

  • Proyek: Membuat model fotosintesis
  • Presentasi: Menjelaskan proses fotosintesis
  • Tes tertulis: Evaluasi pemahaman konsep

Kesimpulan

Asesmen dalam Deep Learning memerlukan paradigma baru yang bergeser dari orientasi scoring ke orientasi feedback. Prof. Yuli Rahmawati memberikan panduan komprehensif tentang bagaimana mengimplementasikan tiga jenis asesmen: Assessment AS Learning, Assessment FOR Learning, dan Assessment OF Learning.

Assessment Paradigm Shift

Kunci Sukses Implementasi:

  1. Perubahan Mindset: Dari nilai ke proses pembelajaran
  2. Lingkungan Aman: Menciptakan budaya belajar yang mendukung
  3. Teknik yang Tepat: Menggunakan CATs dan diagnostic questions
  4. Feedback Konstruktif: Memberikan umpan balik yang bermakna
  5. Teknologi Pendukung: Memanfaatkan tools digital yang tersedia

Pesan Penting dari Prof. Yuli:

"Tujuan asesmen bukan hanya untuk siswa, tetapi juga untuk guru. Guru harus tahu: 'Bagaimana cara mengajar saya? Apakah efektif? Apakah siswa sudah siap untuk materi selanjutnya?'"

Dengan mengimplementasikan sistem asesmen yang tepat, Deep Learning dapat mencapai tujuannya: menciptakan pembelajaran yang bermakna, mendalam, dan berkelanjutan.


Sumber VideoProf. Yuli Rahmawati: Asesmen pada Deep Learning-Eps.7 @Suyanto.id

Referensi Tambahan:

  • Classroom Assessment Techniques (CATs) - Angelo & Cross
  • Formative and Shared Assessment - Black & Wiliam
  • Assessment for Learning - Assessment Reform Group

Tentang Prof. Yuli Rahmawati: Beliau adalah pakar pendidikan kimia yang kini menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Kedutaan Besar RI Canberra Australia, dengan keahlian dalam pengembangan kurikulum dan metodologi pembelajaran inovatif.

Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS