0
Home  ›  Artikel

Festival Tunas Bahasa Ibu 2025: Melestarikan Khazanah Budaya Sunda untuk Generasi Muda

Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Jenjang SD dan SMP Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2025 kembali diselenggarakan sebagai puncak rangkaian program Revitalisasi Bahasa Daerah. Kegiatan yang dipimpin oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat di bawah kepemimpinan Dr. Herawati, S.S., M.A. ini merupakan wujud nyata komitmen dalam melestarikan bahasa, sastra, dan budaya Sunda untuk generasi mendatang.

Latar Belakang dan Tujuan Mulia

Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 lahir dari semangat Program Merdeka Belajar Episode ke-17 tentang Revitalisasi Bahasa Daerah yang diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 22 Februari 2022. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab pembinaan dan pelindungan bahasa daerah berada di tangan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Festival ini memiliki lima tujuan strategis yang saling berkaitan:

  1. Menyukseskan kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah Tahun 2025
  2. Memperkuat karakter generasi muda melalui pembelajaran bahasa, sastra, dan seni Sunda
  3. Mengamati dan mengevaluasi hasil pembelajaran bahasa Sunda di jenjang pendidikan dasar
  4. Mengevaluasi program revitalisasi yang diinisiasi Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
  5. Memelihara warisan budaya Sunda melalui jalur pendidikan formal

Target dan Luaran yang Diharapkan

FTBI 2025 menargetkan beberapa luaran konkret yang dapat diukur keberhasilannya:

  • Partisipasi perwakilan peserta dari seluruh 27 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat
  • Terpilihnya juara 1, 2, 3, dan juara harapan 1, 2, 3 untuk kategori putra-putri setiap mata lomba
  • Terjalinnya kemitraan strategis antara Balai Bahasa dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, organisasi kesundaan, dan sekolah-sekolah

Tujuh Kategori Lomba yang Komprehensif

Festival ini menyelenggarakan tujuh kategori lomba yang mencakup berbagai aspek bahasa dan budaya Sunda:

1. Ngadongéng (Mendongeng): Teater Tutur Tradisional

Lomba mendongeng menggunakan konsep "dongeng sebagai teater tutur" untuk melestarikan tradisi bercerita Nusantara. Peserta jenjang SD wajib membawakan dongeng fabel, sementara SMP memilih dongeng sasakala atau jenis lainnya. Durasi penampilan 5-7 menit dengan penilaian meliputi:

  • Aspek Bahasa (40%): Diksi, gaya bahasa, kepaduan alur, intonasi
  • Pemahaman Isi (35%): Penghayatan cerita dan improvisasi
  • Aspek Penampilan (25%): Mimik, gaya bercerita, harmonisasi keseluruhan

2. Biantara (Pidato): Mengasah Kemampuan Berkomunikasi

Lomba pidato dirancang untuk mengembangkan keberanian berbicara di depan umum dan berpikir kritis. Tema untuk SD meliputi "Impian jeung Cita-Cita", "Mimitran", "Hormat Tilawat ka Indung Bapa", sedangkan SMP membahas tema yang lebih kompleks seperti "Etika jeung Tata Krama" dan "Anti-Milaraan (Bullying)".

Durasi: SD (4-6 menit), SMP (5-7 menit) dengan bobot penilaian merata 30% untuk aspek bahasa, 30% pemahaman isi, dan 40% penampilan.

3. Maca Sajak (Membaca Sajak): Apresiasi Sastra Sunda

Peserta membacakan sajak pilihan panitia dengan penekanan pada interpretasi, teknik vokal, penghayatan, dan penampilan. Setiap aspek memiliki bobot penilaian 25%, mencerminkan keseimbangan antara pemahaman makna dan kemampuan performatif.

4. Nembang Pupuh: Pelestarian Tembang Tradisional

Lomba tembang menggunakan tembang rancag buhun dengan lagu tandak versi Mang Koko. Peserta SD memilih dari lima pupuh (Asmarandana, Maskumambang, Gurisa, Magatru, Wirangrong), sementara SMP dari lima pupuh lainnya (Jurudemung, Pangkur, Dangdanggula, Sinom, Durma).

Penilaian: Vokal (40%), Penghayatan (35%), Penampilan (25%).

5. Maca jeung Nulis Aksara Sunda: Literasi Aksara Tradisional

Lomba ini terdiri dari dua sesi: menulis aksara Sunda (20 menit) dan membaca aksara Sunda (2-3 menit). Menggunakan Aksara Sunda Standar Unicode dengan penilaian berimbang 50% untuk setiap aspek.

6. Ngarang Carita Pondok: Kreativitas Menulis

Peserta menulis cerita pendek berdasarkan stimulasi visual yang diberikan panitia. Durasi maksimal 3 jam menggunakan perangkat digital dengan ketentuan Times New Roman, ukuran 12, spasi 1,5. Penilaian: Teks dan Bahasa (30%), Isi (70%).

7. Ngabodor Sorangan: Komedi Tunggal yang Mendidik

Lomba komedi tunggal dengan durasi 4-6 menit, menekankan kelucuan dalam rangkaian kalimat tanpa alat peraga berlebihan. Materi harus orisinal dan tidak mengandung unsur SARA, pornografi, atau ledekan.

Koordinasi dan Tanggung Jawab

Pelaksanaan FTBI 2025 melibatkan koordinasi multi-level:

Tingkat Provinsi: Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat menanggung biaya penyelenggaraan, piala, sertifikat, dan hadiah pemenang.

Tingkat Kabupaten/Kota: Pemerintah daerah wajib menyelenggarakan seleksi tingkat kabupaten/kota dan menanggung biaya pengiriman kontingen (konsumsi, akomodasi, transportasi).

Tingkat Sekolah: Melibatkan KKG SD dan MGMP Bahasa Daerah SMP dalam proses pembinaan dan seleksi.

Ketentuan Khusus dan Penting

Beberapa aturan penting yang perlu diperhatikan:

  • Setiap kabupaten/kota mengirimkan 1 putra dan 1 putri untuk setiap jenjang di setiap kategori lomba
  • Peserta yang pernah menjadi juara I tingkat provinsi tidak boleh mengikuti lomba yang sama
  • Peserta dilarang memperkenalkan diri atau menyebutkan asal daerah saat tampil
  • Penggunaan pakaian adat atau tradisional Jawa Barat dianjurkan

Materi Lomba dan Referensi

Festival ini dilengkapi dengan materi standar seperti:

Rumpaka Nembang: Karya Patah Nataprawira untuk semua pupuh yang dilombakan, termasuk versi sekar tandak.

Naskah Sajak: Karya penyair Sunda terkemuka seperti Sekar Wiati ("Bulan"), Hadi AKS ("Haseup Kota"), Yayat Maryati ("Mapag Taun Anyar"), dan lainnya.

Penutup: Investasi untuk Masa Depan Budaya Sunda

Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 bukan sekadar kompetisi, melainkan investasi jangka panjang untuk masa depan budaya Sunda. Melalui ketujuh kategori lomba yang komprehensif, festival ini memberikan ruang bagi generasi muda untuk mendalami, mengapresiasi, dan melestarikan warisan budaya leluhur.

Keberhasilan festival ini memerlukan dukungan semua pihak: pemerintah daerah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat luas. Dengan semangat "Bhinéka Tunggal Ika" yang tercermin dalam salah satu rumpaka nembang, festival ini menjadi wadah persatuan dalam keberagaman, di mana bahasa daerah menjadi jembatan pemersatu generasi masa kini dengan akar budayanya.

Mari bersama-sama mendukung Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 sebagai langkah konkret melestarikan bahasa Sunda untuk generasi mendatang. Karena melestarikan bahasa daerah berarti melestarikan identitas dan jati diri bangsa.

Download

Juknis FTBI 2025 Jawa Barat | DOWNLOAD[timer][10]

Modul_Aksara_Sunda_RBD_2025 | DOWNLOAD[timer][10]

Modul_Biantara_RBD_2025 | DOWNLOAD[timer][10]

Modul_Borangan_RBD_2025 | DOWNLOAD[timer][10]

Modul_Maca_Sajak_RBD_2025 | DOWNLOAD[timer][10]

Modul_Nembang_Pupuh_RBD_2025 | DOWNLOAD[timer][10]

Modul_Ngadongeng_RBD_2025 | DOWNLOAD[timer][10]


Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat sebagai bagian dari Program Revitalisasi Bahasa Daerah. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat.

Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS