0
Home  ›  Berita  ›  Pendidikan

Menilik Proses Pembinaan Siswa "Bermasalah" di Barak Militer Jawa Barat

Siswa sedang mengikuti kegiatan di barak militer Rindam III Siliwangi

tvOneNews, Bandung Program pembinaan karakter bagi siswa bermasalah melalui pendidikan militer yang diinisiasi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terus bergulir. Meski menuai pro dan kontra, program ini telah memasuki minggu kedua dengan ratusan siswa dari berbagai daerah di Jawa Barat telah mengikuti pembinaan di barak militer.

Tim tvOneNews berkesempatan melihat langsung proses pembinaan siswa yang dianggap "nakal" di Depo Pendidikan (Dodik) Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Di lokasi tersebut, para siswa menjalani program pendidikan karakter dan kedisiplinan selama 14 hari.

Jadwal Ketat Penuh Kedisiplinan

Berdasarkan keterangan Komandan di lokasi, kegiatan siswa dimulai pukul 04.30 pagi dengan bangun tidur dan langsung menuju masjid untuk salat berjamaah. Setelah itu mereka kembali berbaris menuju aula untuk membersihkan area tempat tinggal.

"Walaupun perpindahan tempat ini juga memberikan esensi pembelajaran, mereka harus baris, kedisiplinan, kelengkapan, mengenal teman-temannya, kepedulian," ungkap komandan resimen yang menangani program ini di Purwakarta.

Kegiatan dilanjutkan dengan senam pagi, sarapan, dan berbagai aktivitas pembelajaran termasuk baris berbaris, karate, dan mata pelajaran sekolah. Siswa juga diajarkan kemandirian seperti mencuci pakaian sendiri dan membersihkan tempat setelah makan.

"Kita menanamkan tujuh kebiasaan anak Indonesia sehat. Dari mulai bangun pagi, beribadah, olahraga, makanan sehat, gemar membaca, bersosialisasi dengan masyarakat, sampai dengan jam tidur yang dijaga," tambahnya.

Kriteria Siswa Peserta Program

Program ini diikuti oleh siswa dengan kriteria tertentu sesuai dengan Surat Edaran (SE) Nomor: 43/PK.03.04/KESRA tentang 9 Langkah Pembangunan Pendidikan Jawa Barat Menuju Terwujudnya Gapura Panca Waluya. Siswa yang masuk ke program ini termasuk yang terlibat tawuran, bermain game berlebihan, merokok hingga melakukan balapan liar.

"Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, ada sekitar 27 orang yang terlibat dalam tawuran. Kemudian ada yang minuman keras, ada yang membawa senjata tajam, dan ada yang membolos," jelas petugas di lokasi.

Siswa melakukan kegiatan baris berbaris di barak militer

Saat ini, jumlah siswa yang mengikuti program di Purwakarta mencapai 38 orang. Sebelum mengikuti program, para siswa harus mendapatkan persetujuan dari orang tua dan melalui pemeriksaan kesehatan serta konseling psikologi.

Program Berkelanjutan Selama 6 Bulan

Menariknya, program ini tidak berhenti pada pembinaan di barak militer selama 2 minggu. Terdapat rencana tindak lanjut selama 6 bulan untuk memastikan perubahan perilaku siswa.

"Kita menyiapkan program ini untuk anak-anak dengan kebutuhan perlindungan khusus ini selama 6 bulan dan ini dilakukan secara kolaboratif oleh semua pemangku kepentingan," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta, Pak Purwanto.

Selain fokus pada siswa, program ini juga melibatkan orang tua dalam konseling dan bimbingan psikologi. "Kita bukan hanya berbicara di hilir tapi juga di hulu. Kita mencoba menyelesaikan ini dari orang tuanya karena semuanya berakar dari pola asuh," tambahnya.

Respon dan Hasil Sementara

Setelah kurang lebih seminggu menjalani program, para guru pendamping melihat perubahan positif pada siswa. Salah satu guru BK menyampaikan, "Dari perkembangan awal sampai sekarang sudah 1 minggu lebih, terlihat perubahan dari sopan santun, etika, kedisiplinan. Mereka juga mulai punya rasa empati dan simpati."


Bupati Purwakarta yang hadir di lokasi menegaskan bahwa program ini bukanlah hukuman melainkan pembinaan. "Ini adalah bukan punishment, ini bukan hukuman, tapi ini adalah pembinaan. Karena ini pembinaan, jadi harus dibina secara menyeluruh," ujarnya.

Para siswa berbaris di lapangan barak militer

Setelah menyelesaikan program 14 hari, setiap siswa akan mendapatkan rekomendasi dan catatan dari pihak resimen yang diberikan kepada sekolah dan orang tua untuk tindak lanjut.

Program ini juga mendapatkan dukungan lingkungan dengan melibatkan kepala desa untuk bersama-sama memberikan dukungan lingkungan yang positif dan meminimalisir tempat-tempat yang biasa digunakan untuk nongkrong atau melakukan kegiatan negatif.

Meski masih menjadi kontroversi, program pendidikan karakter di barak militer ini diharapkan dapat membentuk generasi muda yang disiplin, berakhlak, dan cinta tanah air, serta menjadi solusi di tengah meningkatnya kenakalan remaja di Jawa Barat.

"Karakter inilah yang akan dibentuk sehingga ke depan dalam menyongsong Indonesia maju, kita memiliki bonus demografi yang berkontribusi positif terhadap lingkungan," pungkas komandan resimen. tvOneNews



Post a Comment
Menu
Search
Theme
Share
Additional JS